Kelebihan Meeting Online Ternyata Bisa Pengaruhi Kesehatan Mental

Meeting online, cara baru berinteraksi dengan orang lain ini secara tak langsung sudah memengaruhi cara seseorang melihat dan mengkritik diri sendiri. (Foto: Istockphoto/Getty Images)

PADANG-Pada masa pandemi sekarang, meeting virtual atau online sudah jadi hal yang biasa. Jika dulu saat rapat, Anda bisa bertemu dengan banyak orang kini Anda hanya perlu membuka laptop atau ponsel untuk mengaktifkan aplikasi meeting virtual tersebut.

Orang kemudian berlomba-lomba tampil menarik saat terlihat di layar, sekalipun di kiri-kanannya berantakan. Tak jarang panggilan video bisa membuat orang jadi merasa tak nyaman dengan wajahnya. Beruntung kalau Anda bisa mematikan kamera saat rapat, tapi ada beberapa juga yang mengharuskan untuk memperlihatkan wajah.

Apa yang kini dianggap sebagai cara baru untuk berinteraksi dengan orang lain secara online ini secara tak langsung sudah memengaruhi cara seseorang melihat dan mengkritik diri sendiri. Bahkan ketika digunakan secara berlebihan, konferensi video dapat memicu dampak yang merusak bagi kesehatan mental dan citra tubuh seseorang.

“Ini bukan masalah baru. Akses ke platform sosial seperti Facebook, Instagram, Twitter, dan lainnya telah membuat orang dari segala usia terpikat ke media sosial,” jelas Dr Martina Paglia, psikolog di The International Psychology Clinic dikutip dari Glamour.

“Pada era ini, komunikasi melalui platform sosial lebih sering terjadi daripada bertemu langsung, yang saat ini sudah langka. Itu memang datang dengan kelebihannya, tetapi itu juga telah menyebabkan paradoks kesepian, kecemasan, depresi, kebencian dan narsisme yang terkait langsung dengan penggunaan media sosial yang berlebihan.”

Dalam kondisi saat ini, konferensi video yang bagi banyak orang menjadi fitur konstan dalam kehidupan kerja justru menambah masalah.

“Pertemuan tatap muka adalah mekanisme penting untuk komunikasi dan menjaga lingkungan yang sehat. Ini cara yang bagus untuk memperkenalkan perasaan, emosi, sikap, gerak tubuh, dan postur kita secara non-verbal. Namun pada rapat virtual, kami perlu melakukan lebih banyak upaya untuk tetap aktif, “kata Martina.

Ini mungkin terdengar sepele, tetapi energi yang dibutuhkan untuk menjaga momentum tetap berjalan di ruang virtual yang penuh dengan gangguan, kegagalan teknologi, dan kelambatan dapat membuat kita merasa terkuras.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *