PEKANBARU-Meski dibalut kekurangan dan kondisi memperihatinkan, atlet asal Kabupaten Kepulauan Meranti yang mengikuti Pekan Olahraga Daerah (Porda) ke-6 Special Olympics Indonesia (SOlna) Provinsi Riau 2021 di Pekanbaru, Sabtu (9/10/2021) tetap bersemangat.
Mereka berangkat dari Meranti dengan minimnya perlengkapan bertanding. Tak punya sepatu, seragam sampai minimnya biaya transportasi. Namun, semua kekurangan itu menjadi motivasi untuk terus berprestasi. Hasilnya, mereka sukses meraih medali emas.
Seperti Alex Iskandar. Dia adalah atlet cabang olah raga atletik yang berhasil meraih medali emas di cabang lari 100 meter. Alex bertanding lari menggunakan sepatu pinjaman.
Ketua SOIna Kepulauan Meranti, Syafrizal mengatakan, Alex sejak awal berangkat memang tidak membawa sepatu. Karena Alex tidak memilikinya. Bahkan, Alex mengaku ingin bertanding dengan kaki telanjang.
“Katanya dia siap lari tanpa pakai sepatu. Kami dari SOIna Kepulauan Meranti tak punya anggaran sama sekali untuk perlengkapan seperti sepatu maupun seragam,” ujar Syafrizal saat diwawancarai melalui sambungan telepon, Sabtu malam.
Menurut Syafrizal, Alex bertanding lari 100 meter pada Sabtu pagi. Sebelum bertanding, panitia menanyakan kenapa Alex tak memakai sepatu. Pendamping atlet kemudian mencarikan pinjaman sepatu buat Alex dan akhirnya dapat.
“Tadi pagi itu pendamping yang cari pinjaman sepatu buat Alex tanding. Entah sepatu siapa yang dipinjam agar Alex bisa ikut bertanding,” kata Syafrizal.
Dengan tekad dan semangat kuat, Alex berhasil menyumbang medali emas untuk Kepulauan Meranti. “Alhamdulillah, kami sangat bersyukur Alex mampu meraih medali emas,” ucap Syafrizal.
Alex merupakan seorang penyandang tunagrahita. Remaja 17 tahun ini duduk di bangku kelas satu SMA di Sekolah Luar Biasa (SLB) Sekar Meranti. SLB ini berada di pelosok Riau, yakni di Kecamatan Rangsang Barat, Kepulauan Meranti, sebuah pulau yang ada di semenanjung Selat Malaka. Alex tingal di Desa Sialang Pasung, Kecamatan Rangsang Barat.
Dia berasal dari keluarga yang jauh dari kata mampu. “Ayahnya bekerja sebagai buruh serabutan, sedangkan ibunya menderes karet dan mencuci pakaian orang. Penghasilannya tak menentu. Jadi, mereka tak ada biaya untuk membelikan Alex sepatu buat tanding ke Pekanbaru,” kata Syafrizal.
Selain Alex, sebut Syafrizal, ada satu lagi atlet SOIna Kepulauan Meranti yang tak punya sepatu saat berangkat ke Pekanbaru. Namanya Astri, atlet futsal putri yang berhasil meraih medali perak.
“Astri juga tak punya sepatu buat tanding. Tadi dicarikan sepatu pinjam sama pendamping. Alhamdulillah, Astri dapat medali perak,” sebut Syafrizal.
Ongkos travel ngutang Syafrizal mengatakan, atlet SOIna Kepulauan Meranti yang berangkat ke Pekanbaru sebanyak delapan orang dan dua pendamping. Semua atlet tunagrahita yang rata-rata berasal dari keluarga kurang mampu. Jumlah atlet yang diberangkatkan terpaksa dikurangi karena tak ada biaya.
“Kalau semuanya kan kita ada 15 atlet dan lima pendampingan yang akan berangkat ke Pekanbaru. Karena tak ada biaya, jadi yang berangkat cuma delapan atlet dan dua pendamping,” sebut Syafrizal.
Atlet yang diberangkatkan dari cabor atletik, bulu tangkis, bocce, futsal, renang, lompat jauh, bola voli, tenis meja dan bola tangan.
Sebelum berangkat ke ibu kota Provinsi Riau, Syafrizal mengaku bingung memikirkan biaya transportasi dan perlengkapan.
“Kita memang tak ada biaya sama sekali. Biasanya kita memang fasilitasi perlengkapan atlet, tapi sekarang tak ada biaya. Dari sekolah kita berharap dana BOS, itu pun tidak ada tahun ini karena ada permasalahan dari operator, jadinya ya mau gimana lagi,” ungkap kepala SLB Sekar Meranti ini.
Syafrizal mengaku sudah mengadu kepada Pemerintah Kabupaten Kepulauan Meranti, untuk biaya operasional atlet SOIna ke Pekanbaru. Dia diminta memasukkan proposal. Setelah dimasukkan proposal, tapi ternyata tak dikabulkan juga.
Padahal, sebut Syafrizal, biaya yang diminta ke pemerintah cuma sebesar Rp 28 juta. “Kami sudah masukkan proposal, tapi tak direspon dengan baik,” sebut Syafrizal.
Untuk memberangkatkan atlet dan pendamping, beruntung dibantu Kepala Dinas Pendidikan dan Olahraga (Kadispora) Meranti memberikan bantuan uang Rp 1 juta untuk akomodasi. Syafrizal sendiri juga merogoh kocek kantongnya dan hanya bisa membantu Rp 200.000.
Syafrizal mengatakan, atlet dan pendamping berangkat dari Meranti ke Pekanbaru melewati jalur laut menggunakan kapal milik Pemkab Meranti, Kamis (7/10/2021).
Dari Kepulauan Meranti menuju Pelabuhan Buton di Kabupaten Siak dengan jarak tempuh lebih kurang dua jam. Untuk menuju Pekanbaru, atlet dan pendamping mencari lagi tumpangan darat, yakni travel.
“Ongkos travel ke Pekanbaru kami masih utang Rp 1,2 juta untuk 10 orang. Karena, tak ada uang buat bayar ongkos atlet ke Pekanbaru,” urai Syafrizal. (*)
Editor: Boy Surya Hamta
Sumber: Kompas.com