JAKARTA, FOKUSRIAU.COM-Mantan Kepala Badan Pemnbinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Prof Yudi Latief menyatakan, Pancasila dan masyarakat Minangkabau tak bisa dipisahkan. Sebab, masyarakat Minang selama ini telah mempraktekkan Pancasila dalam kehidupan sehari-hari.
“Pancasila yang mana lagi hendak kalian dustakan,” kata Yudi Latif dalam seminar bertema Bagaimana Orang Minang Mempraktekkan Pancasila dalam Kehidupan Sehari-hari, Sabtu (23/10/2021).
Yudi mengatakan, akar ada tiga akar Pancasila. Pertama keagamaan, kedua kebangsaan atau nasionalisme, dan ketiga sosial ekonomi. “Nah, ketiga akar ini sudah terwakili oleh tokoh-tokoh Minangkabau sepanjang sejarah bangsa ini,” ujar Yudi.
Disebutkan, beberapa tokoh minang yang mewakili akan pancasila. Ada Agus Salim, Buya Hamka, Sutan Mansyur dari sisi keagamaan. Kemudian Syafruddin Prawiranegara di sisi nasionalisme kebangsaan. Lalu ada Mohammad Hatta dan Tan Malaka di sisi ekonomi sosial.
Kemudian, Ketua Fraksi PKS MPR RI Tifatul Sembiring mengungkit polemik ungkapan politikus PDIP Puan Maharani. Saat mengumumkan cagub dan cawagub PDIP di Sumatera Barat (Sumbar), Puan berharap Sumatera Barat menjadi Provinsi yang mendukung Pancasila.
“Husnuzhon saya, sebenarnya maksud Ibu Puan bukan itu, mungkin, berharap kualitas pemahaman Pancasila orang Minang semakin ditingkatkan,” ulas Tifatul.
Sementara itu, budayawan Minang Datuk Parpatih mengungkapkan, pancasila adalah merupakan saripati ajaran Islam. “Dan orang Minangkabau punya prinsip adat basandi syarak dan syarak beasandi kitabullah,” katanya.
Artinya orang Minang itu berpedoman kepada syariat Islam, berakidah tauhid, monoteisme dan jelas ber-Ketuhanan Yang Maha Esa. “Bagi kami orang Minang, agama itu yang diadatkan, bukan adat yang diagamakan,” tegasnya.
Datuk Parpatih kemudian menyingung orang yang meragukan ke-Pancasila-an orang Minang. “Maaf, dengan meminjam motto Semen Padang: “Kami telah berbuat sebelum orang lain memikirkannya,” ujarnya. (*)
Editor: Boy Surya Hamta
Sumber: Detikcom