Ketika Harga Minyak Goreng Mencekik, Muncul Panic Buying

Harga minyak goreng terus jadi sorotan sejak akhir tahun lalu dari harga yang sempat tembus dari Rp20 ribu per liter sampai stok kosong karena panic buying. (Foto: Antara/Hafidz Mubarak A)

JAKARTA, FOKUSRIAU.COM-Harga minyak goreng terus menjadi sorotan sejak akhir 2021 lalu. Harganya sudah menembus lebih dari Rp20.000 per liter dan membuat kaum ‘emak-emak’ geram. Mahalnya harga minyak goreng ini sejalan dengan kenaikan harga minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO).

Pemerintah melalui Kementerian Perdagangan sebenarnya telah menetapkan harga eceran tertinggi (HET) minyak goreng sebesar Rp11.000 per kg dengan acuan harga CPO internasional sebesar US$500-US$600 per metrik ton (MT). Sementara, harga CPO sempat menyentuh kisaran US$1.250 per MT.

Tak ayal, harga minyak dalam negeri ikut melonjak. Merespons hal tersebut, pemerintah akhirnya mengucurkan dana sebesar Rp7,6 triliun untuk menyebar minyak goreng seharga Rp14.000 per liter ke seluruh wilayah Indonesia.

Dana tersebut digelontorkan untuk membiayai subsidi 250 juta liter minyak goreng kemasan per bulan atau setara 1,5 miliar ritel selama enam bulan.

Pada tahap pertama, Rabu (19/1/2022) lalu, penyebaran sudah terlebih dulu dilakukan ke ritel modern.

“Kebijakan penyediaan minyak goreng satu harga ini akan dilakukan terlebih dahulu melalui ritel modern yang menjadi anggota Aprindo, kemudian untuk pasar tradisional akan diberikan waktu satu minggu untuk melakukan penyesuaian kebijakan,” ungkap Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi dalam konferensi pers secara daring, Selasa malam.

Seluruh ritel modern dilarang menjual minyak goreng lebih dari Rp14.000 per liter sejak tiga hari lalu. Hal itu sontak membuat warga berbondong-bondong pergi ke minimarket terdekat untuk memborong minyak goreng.

Bahkan, persediaan minyak goreng langsung ludes pada hari pertama penerapan minyak goreng Rp14 ribu di ritel modern.

Aditiya, salah satu petugas di salah satu cabang Indomaret di Bintaro mengatakan pihaknya telah menjual minyak goreng Rp14 ribu sejak pagi pada Rabu (19/1) lalu. Namun, stok langsung habis pukul 12.00 WIB.

“Waktu itu sudah dari pagi jualnya, tapi jam 12 sudah habis semua,” kata Aditiya, Jumat (21/1/2022).

Sayang, pasokan minyak goreng belum datang lagi ke gerak tersebut. Dengan demikian, persediaan bahan pangan tersebut sudah kosong dalam dua hari terakhir.

“Banyak yang menanyakan minyak goreng. Tapi memang sudah habis, bukannya ditimbun atau bagaimana, sudah habis,” ulas Aditiya.

Kemendag Akui Ada Panic Buying
Kekosongan stok minyak goreng juga terjadi di sejumlah minimarket di Surabaya. Penyebabnya sama, warga langsung menyerbu ketika mengetahui harga turun menjadi Rp14.000 per liter.

Salah satu karyawan minimarket di Jalan Tambaksari, Surabaya, Muhammad Ariski mengatakan, stok minyak goreng sudah kosong sejak Rabu (19/1/2022) sampai Jumat (21/1/2022). “Semua kosong sejak dua hari lalu (Rabu) sudah habis. Enggak tahu kapan dikirim lagi sama agennya,” ujarnya.

Merespons hal ini, Kementerian Perdagangan mengakui terjadi panik beli atau panic buying dalam penjualan minyak goreng sejak pemerintah menetapkan harga Rp14.000 per liter di pasar ritel modern.

“Dari laporan di masyarakat tersebut memang ada serbuan pembelian di beberapa minimarket dalam dua hari ini (sejak Rabu hingga Jumat) karena panic buying,” ungkap Direktur Barang Kebutuhan Pokok dan Barang Penting Kementerian Perdagangan Isy Karim.

Serbuan pembelian dari masyarakat, kata Isy, tak sebanding dengan kapasitas minyak goreng yang tersedia di minimarket.

Untuk menyiasati hal ini, Kementerian Perdagangan akan lebih intens berkoordinasi dengan produsen dan distributor minyak goreng untuk segera memenuhi pasokan di minimarket. Selain itu, Kementerian Perdagangan juga akan melakukan sosialisasi untuk menenangkan warga dan memastikan ketersediaan minyak goreng cukup. (*)


Editor: Boy Surya Hamta
Sumber: CNNIndonesia

Exit mobile version