Tari Zapin, Seni Melayu dengan Ragam Sebutan di Bumi Nusantara

Tari Zapin sebagai tarian tradisional masyarakat Melayu. (Foto: Thesundaily.my)

PEKANBARU, FOKUSRIAU.COM-Tari Zapin merupakan salah satu tarian tradisional paling populer. Tarian ini sangat terkenal di kawasan masyarakat Melayu, tidak hanya di Indonesia tapi negara-negara tetangga yang mempunyai populasi Melayu.

Tari Zapin memiliki banyak sekali ciri khusus, mulai dari gerakan, cari berpakain, sampai adab dan sikap saat menari.

Melansir encyclopedia.jakarta-tourism.go.id, sebagai kesenian Melayu, Tari Zapin awalnya hanya untuk hiburan setelah mengaji dan ungkapan kegembiraan.

Mereka menari melalui gerakan yang didominasi oleh kecepatan langkah kaki dengan iringan musik khas Arab, Marawis atau Marwas dan Gambus atau ‘Ud. Kata Zapin berasal dari bahasa Arab yakni Zaffan berarti penari dan Al-Zapin artinya gerak kaki.

Hampir dijumpai di seluruh pesisir Nusantara, Tari Zapin memiliki julukan yang berbeda-beda. Di pesisir timur Sumatera Utara, Riau dan kepulauan sekitarnya disebut Zapin. Di Jambi, Sumatera Selatan, dan Bengkulu disebut Dana.

Di Lampung disebut Bedana, Jakarta dan Jawa disebut Japin atau Zafin. Kalau di Kalimantan disebut Jepin, Sulawesi (Selatan, Tengah dan Gorontalo) disebut Jippeng. Di Maluku (Ternate, Ambon) disebut Jepen dan di Nusa Tenggara (Mataram, Sumbawa) disebut Dana-Dani.

Kesenian Zapin mulai berkembang di Kerajaan Johor, Siak Sri Indrapura, dan Lingga pada tahun 1824. Ketika Zapin masuk ke dalam kawasan kerajaan, tarian ini cepat berkembang dan berakulturasi dengan budaya Melayu.

Tapi Zapin akhirnya menjadi seni hiburan di istana dan sering dimunculkan dalam acara seremonial kerajaan sampai mendapat julukan Zapin Istana.

Sebagai tari kelompok, awalnya Zapin hanya boleh ditarikan oleh penari laki-laki dan pernah dijadikan sebagai salah satu indikator memilih menantu. Mereka menari di atas tikar madani dengan posisi tidak boleh bergeser sedikitpun. Kemudian dalam perkembangannya, penari perempuan diizinkan untuk menari Zapin, baik terpisah atau berpasangan.

Pola gerakan Tari Zapin sangat sederhana, banyak gerakan yang terinspirasi dari keseharian manusia dan lingkungannya yang dilakukan berulang-ulang. Semua gerakan Tari Zapin penuh akan makna dan filosofi.

Perbedaan tari antara laki-laki dan perempuan hanya dalam bentuk gerakan tangan. Gerakan Tari Zapin meliputi:

Pertama, tahto yang merepresentasikan sikap merendah dan menghargai. Kedua, bebas. Ketiga, shut yang mendahulukan sikap adil dan sabar dengan keseimbangan.

Keempat, siku keluang yang melambangkan kehidupan dinamis. Kelima, mata angin. Keenam, titik batang yang merepresentasikan keteguhan hati dan keterampilan dalam menghadapi cobaan.

Mengenal Tari Zapin
Tari Zapin mempunyai aturan yang sangat ketat terkait gerak, isi syair, kesatuan para penari dalam berpakaian dan adab. Busana penari laki-laki terdiri atas baju kurung Melayu cekak musang atau teluk belanga sebagai atasan, bawahannya seluar, memakai kain sampin atau samping yang terdiri dari kain pelekat atau kain songket (tenun Siak) yang disesuaikan dengan keadaan, kopiah, dan Bros.

Kain tenun Siak dipakai saat berhadapan dengan kalangan istana atau tamu khusus, dan kain pelekat digunakan untuk pementasan hiburan biasa.

Pakaian penari perempuan terdiri atas kebaya labuh, kain samping (saring pelekat atau songket Siak) dan selendang tundung Manto penutup kepala. Rambut disanggul Melayu (sanggul lipat pandan dan conget) dengan hiasan kepala berupa bunga sanggul, atau kembang goyang. Anting dan kalung sebagai aksesoris lainnya.

Sebagai properti dalam beberapa variasi Tari Zapin, penari perempuan menggunakan sampur atau selendang. Pengaturan pemakaian kain harus sesuai dengan falsafah Tari Zapin yaitu alua jo patuik, alua ialah aspek logika, etika dan estetika dan patuik yakni pantas atau tidaknya kain yang digunakan untuk menari.

Sesuai dengan elemen budaya yang mempengaruhinya, Tari Zapin diiringi oleh dua kelompok musik yang tidak sama.

Musik pengiring tari tradisional ini hanya Marwas atau Gambus jika murni budaya Arab, sementara biasanya yang berakulturasi dengan budaya Melayu terdapat alat musik tambahan lain seperti akordeon, gitar, biola, gendang, atau gong.

Syair Islam dengan berbagai pesan moral turut mengiringi Tari Zapin, seperti ciptaan seniman terkenal Tengku Mansor yakni Ya Salam dan masih banyak lagi yang lainnya. Biasanya, Zapin hanya ditarikan dalam acara pernikahan, khitanan, syukuran, pesta desa, peringatan hari besar Islam, dan perhelatan lainnya. (*)


Editor: Boy Surya Hamta
Sumber: Tempo.co

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *