PEKANBARU, FOKUSRIAU.COM-Kondisi cuaca di wilayah Riau semakin kering dan panas. Sejak beberapa hari terakhir, hujan tak lagi turun. Kondisi tersebut memicu pertambahan titik panas (hotspot) yang menjadi indikasi munculnya kebakaran hutan dan lahan atau karhutla.
Pemerintah Provinsi Riau sebelumnya sudah menetapkan status siaga darurat karhutla. Ini dilakukan untuk mengantisipasi sekaligus memudahkan proses pencegahan karhutla yang terjadi.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Riau, M Edy Afrizal kepada wartawan, Senin (28/3/2022) di Pekanbaru mengungkapkan, pihaknya sudah mengajukan surat kepada pemerintah pusat agar memperoleh bantuan penanganan karhutla.
“Belum, masih dalam proses. Kita masih melengkapi berkas yang diminta pusat. Kemarin kita mengusulkan bantuan dukungan helikopter untuk patroli udara, water boombing dan modifiksi cuaca,” katanya.
Saat ini, Riau memang sangat membutuhkan helikopter yang digunakan untuk melakukan patroli udara dan bom air atau water boombing di lokasi karhutla.
Sebab dengan pantuan udara bisa dideteksi lebih cepat jika ada titip api yang terjadi di lapangan. “Heli patroli paling mendesak segera kita operasikan di Riau. Kita sudah ajukan dua unit ke Kementerian LHK dan BNPB,” katanya.
Dikatakan, saat ini titik panas di Riau semakin meningkat. Sehingga perlu dicek lagi ke lapangan apakah titik panas tersebut benar-benar kebakaran lahan atau tidak.
”Makanya kita butuh heli patroli. Karena beberapa daerah sudah mulai kering dan panas, itu bisa kita langsung kondisi rillnya. Karena hostpot itu harus dipastikan apakah hanya sekedar hostpot atau fire spot atau titik api. Ini butuh pengecekan di lapangan,” ujarnya.
Ditambahkan, sebenarnya pola pengecekan atau patroli bisa saja dilakukan melalui jalur darat, namun kadang ada adaerah yang sulit dijangkau, seperti kawasan pusat hutan.
“Kadang kondisinya tertutup kadang tidak terlihat dari darat. Kalau dari udara semua akan kelihatan jelas,” tukasnya. (*)
Penulis: Boy Surya Hamta
Editor: Boy Surya Hamta