Inflasi Indonesia Sampai Akhir 2022 Diprediksi Tembus 6 Persen

Inflasi Indonesia diperkirakan tembus hingga 6 persen sampai akhir tahun ini atau melampaui target pemerintah. (Foto: CNNIndonesia/Safir Makki)

JAKARTA, FOKUSRIAU.COM-Tingkat inflasi Indonesia diperkirakan menembus 6 persen sampai akhir 2022 nanti. Apalagi, jika produsen ‘nekat’ mentransmisikan kenaikan harga-harga kepada konsumen.

Peneliti Center of Reform on Economics (CORE), Fathya Nirmala Hanoum memperkirakan, inflasi year to date bisa mencapai 5 persen, bila produsen masih menahan tidak mentransmisikan kenaikan harga kepada konsumen dan pemerintah menahan subsidi.

“Kalau tidak, inflasi diperkirakan melewati target, bahkan mencapai 6 persen,” kata Fathya, Selasa (27/7/2022).

Fathya juga memperkirakan, Bank Indonesia (BI) belum menaikkan suku bunga acuan BI 7 Days Reverse Repo Rate karena menilai inflasi Indonesia masih terkendali dibanding negara-negara lainnya.

Hal ini dikarenakan produsen belum menyalurkan kenaikan harga kepada konsumen seperti yang tampak dari Indeks Harga Produsen (IHP) kuartal I 2022 yang mencapai 9,06 persen secara year on year.

Angka ini lebih tinggi dari Indeks Harga Konsumen (IHK) kuartal II 2022 sebesar 4,35 persen.

Selain itu, pemerintah juga masih mempertahankan subsidi produk, sehingga harga barang yang diatur pemerintah pada Juni 2022 hanya mengalami inflasi sebesar 0,27 persen dibanding bulan sebelumnya.

Fathya memperkirakan, BI akan melakukan pengetatan moneter mulai semester II 2022 untuk menangani inflasi dan pelemahan nilai tukar rupiah.

Selain lewat suku bunga, BI juga disebut telah memperketat kebijakan moneter dengan menormalisasi likuiditas melalui kenaikan Giro Wajib Minimum (GWM) perbankan.

Suku bunga acuan yang selama ini dipertahankan BI dipandang efektif untuk mendorong pertumbuhan penyaluran kredit perbankan yang sudah tumbuh 10,3 persen year on year pada Juni 2022.

“Ruang untuk perbankan menyalurkan kredit masih ada dengan LDR (Loan to Deposit Rasio) yang masih rendah. Kinerja perbankan juga cukup baik dengan likuiditas yang cukup, tampak dari CAR perbankan yang masih dalam batas baik,” ucap Fathya.

Sebelumnya, BI memperkirakan inflasi Indonesia tembus 4,6 persen pada tahun ini. Gubernur BI Perry Warjiyo menyebut bahwa proyeksi terbaru ini sejalan dengan kenaikan harga komoditas yang terus berlanjut.

“Kami perkirakan inflasi akhir tahun lebih tinggi dari 4,2 persen, bisa mencapai 4,5-4,6 persen,” terang Perry dalam konferensi pers virtual, Kamis (21/7/2022).

Menurutnya, kenaikan inflasi di dalam negeri utamanya disebabkan oleh inflasi harga pangan atau volatile food.

Selain itu, meluasnya kebijakan proteksionisme, terutama pangan menambah risiko lonjakan harga kebutuhan bahan pokok di berbagai negara baik maju maupun berkembang, termasuk Indonesia.

Tak hanya pangan, inflasi dalam negeri juga didorong oleh kenaikan harga diatur pemerintah, seperti bahan bakar minyak (BBM) dan listrik yang tidak disubsidi pemerintah.

Sementara itu, Bank Dunia memproyeksi inflasi RI tembus 3,6 persen pada tahun ini. Hal itu dipicu lonjakan harga pangan dan energi yang terjadi setahun belakangan ini. Proyeksi ini tertuang dalam laporan Bank Dunia bertajuk Indonesia Economic Prospects (IEP).

Bank Dunia bahkan memperkirakan inflasi di Indonesia tetap tinggi sampai 2025 mendatang. Tapi, lembaga internasional itu tak menyebut angka pasti inflasi RI dalam tiga tahun ke depan.

“Inflasi diproyeksikan meningkat menjadi 3,6 persen pada 2022 dan tetap tinggi hingga 2025,” ungkap Bank Dunia dalam laporan tersebut dikutip, Rabu (6/7/2022). (ant/cnn/bsh)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *