Kenapa Lompong Sagu Mulai Sulit Ditemukan di Sumbar?

Lompong sagu yang sudah dibakar menggunakan arang panas.(Foto: Dok. Kompas.Com/Suci Wulandari)

PADANG, FOKUSRIAU.COM-Lompong sagu merupakan salah satu jajanan tradisional khas Sumatera Barat (Sumbar) yang dibuat dari campuran sagu, gula merah dan pisang. Masaknya dengan cara dibakar dalam bungkusan daun pisang.

Lompong sagu biasanya dibakar menggunakan arang panas, sehingga aroma kue ini begitu menggoda selera ketika bungkus daun pisang dibuka.

Ahli tata boga Universitas Negeri Padang (UNP), Wirnelis Syarif mengatakan, di Sumbar lompong sagu biasanya mudah ditemui di daerah pesisir pantai dibanding daerah darek (darat) atau pegunungan.

Hal ini karena kuantitas pohon sagu lebih banyak di daerah pantai dibanding daerah daratan yang lebih didominasi dengan padi-padian. Lompong sagu memiliki cita rasa manis dan sedikit asin, teksturnya juga kenyal dan padat.

Namun sayangnya, saat ini keberadaan lompong sagu termasuk sulit ditemukan di Sumatera Barat, mengapa?

Tampilan kurang menarik
“Langkanya lompong sagu di Sumatera Barat menurut saya, karena tampilannya yang jadul dan kurang menarik,” kata Wirnelis dikutip FokusRiau.Com dari Kompas.com, Senin (25/7/2022).

Lompong sagu biasanya dibungkus dalam daun pisang dengan panjang sekitar 20 sentimeter, sehingga dirasa terlalu besar dijadikan sebagai camilan kekinian.

“Mungkin bisa dilakukan inovasi seperti memperkecil ukuran lompong sagu untuk satu kali gigitan sebagai camilan,” katanya.

Belum ada standarisasi resep
Menurut Wirnelis, banyak resep makanan Indonesia yang belum distandarisasi, sehingga kian terlupakan seiring perkembangan zaman.

“Lompong sagu itu resepnya belum distandarisasi, kebanyakan hanya dikira-kira saja jadi setiap daerah terkadang rasanya berbeda-beda,” katanya.

Belum adanya resep yang dikonversi ke satuan gram membuat kuliner lompong sagu sulit dikembangkan.

Kurang dipromosikan
Sebagai jajanan tradisional, lompong sagu saat ini juga jarang diusung, sehingga keberadaannya kian tertinggal.

“Kalau ada acara, kita bisa menampilkan berbagai produk dari sagu, seperti lompong sagu ini. Perkenalan lompong sagu bisa melalui promosi di pameran ataupun festival,” tukasnya. (kcm/bsh)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *