JAKARTA, FOKUSRIAU.COM-Nilai tukar rupiah sudah menembus angka Rp15.236 per dolar AS, Rabu (28/9/2022) siang. Angka tersebut merupakan level terendah tahun ini atau sejak 2020 lalu.
Rupiah tercatat melemah 110 poin atau 0,73 persen dibanding perdagangan sebelumnya. Pagi tadi, rupiah sudah bergerak dalam rentang Rp15.165-Rp15.264 per dolar AS.
“Rupiah saat ini di Rp15.236 per dolar AS. Ada kemungkinan rupiah dalam bulan ini tembus Rp15.400 per dolar AS,” ungkap Direktur PT Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi.
Melihat ke belakang, pelemahan rupiah terhadap dolar AS saat ini belum menjadi yang tertinggi. Berdasarkan kurs referensi Bank Indonesia (BI), Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor), pada 2020 nilai tukar dolar jatuh ke level paling rendah, yakni Rp16.741 per dolar AS pada 2 April 2020.
Sedangkan pada tahun lalu, nilai tukar rupiah paling rendah hanya di level Rp14.648 per dolar AS. Tepatnya pada 13 April 2021.
Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, rupiah berpeluang tembus Rp15 ribu per dolar AS pada 2023 karena kondisi global yang tidak menentu.
“2023 nilai tukar rupiah Rp14.800-Rp15.200 per dolar AS karena kondisi global yang memang tidak menentu,” imbuh Perry dalam rapat dengar pendapat (RDP) bersama komisi XI beberapa waktu lalu.
Meski berpotensi melemah ke level Rp15 ribu, Perry menjelaskan ada dua hal positif yang bisa membantu nilai tukar rupiah pada tahun ini dan 2023.
Pertama, neraca pembayaran yang cukup baik. Kedua, pertumbuhan ekonomi kuat.
Perekonomian dalam negeri sejak tahun lalu sudah mulai membaik dengan pertumbuhan positif 3,69 persen. Berlanjut pada 2022 dengan pertumbuhan di atas 5 persen untuk kuartal I dan II. “Faktor ini (memberikan) persepsi positif ke Indonesia,” jelasnya dilansir FokusRiau.Com dari CNNIndonesia.
Sedangkan, faktor negatif yang mempengaruhi nilai tukar rupiah adalah kenaikan suku bunga global terutama dari bank sentral AS, The Fed, termasuk juga US treasury.
Adapun nilai prediksi tukar rupiah terhadap dolar AS pada RAPBN 2023 disepakati sebesar Rp14.800 per dolar.
Di sisi lain, Menteri Keuangan Sri Mulyani meyakini ekonomi global akan jatuh ke jurang resesi pada 2023. Resesi ini dipicu oleh kebijakan sejumlah bank sentral dunia yang agresif menaikkan bunga acuan demi meredam lonjakan inflasi.
Bendahara negara memastikan kebijakan pengetatan moneter ini akan menekan pertumbuhan ekonomi. Alhasil, resesi menjadi sukar untuk dihindari.
“Kenaikan suku bunga cukup ekstrem bersama-sama, maka dunia pasti resesi pada 2023,” ungkap Sri.
Dia mencatat, suku bunga acuan bank sentral Inggris sudah naik 200 basis poin selama 2022. Begitu pula dengan Amerika Serikat (AS) yang sudah naik 300 bps sejak awal tahun.
“(Bunga acuan) AS sudah 3,25 persen, sudah naik 300 bps, ini terutama karena rapat September ini mereka menaikkan lagi dengan 75 bps. Ini merespons inflasi AS 8,3 persen,” ungkapnya. (bsh)