JAKARTA, FOKUSRIAU.COM-Sekretaris Kementerian Pemuda dan Olahraga (Seskemenpora) Gunawan Suswantoro mengaku sudah mengimplementasikan sebagian kecil anggaran APBN untuk Piala Dunia FIFA U-20 2023 yang akhirnya batal digelar di Indonesia.
“Untuk pelaksanaan Piala Dunia U-20 di Kemenpora sudah kami implementasikan sebagian kecil karena untuk sewa penggunting rumput, pemotong rumput dan pelatnas (pemusatan latihan nasional),” kata Gunawan, Sabtu (1/4/2023).
Gunawan belum menyebut secara rinci angka yang sudah digunakan. Sebab, ada beberapa komponen yang belum sepenuhnya diimplementasikan.
“Ada untuk sewa potong rumput itu Rp 28 miliar, tetapi ini belum kami bayar. Kalau nanti itu tidak seluruhnya, kami akan negosiasi untuk pemotongan,” ujar Gunawan.
Anggaran Kemenpora khusus untuk penyelenggaraan Piala Dunia U-20 2023 sebesar Rp 500 miliar.
Kemenpora nantinya akan melakukan cut off seiring dengan kepastian keluarnya surat dari FIFA terkait pembatalan Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20.
Dalam kesempatan ini, Pelaksana tugas (Plt) Menpora Muhadjir Effendy mengatakan belum bisa memutuskan perihal penggunaan sisa anggaran untuk Piala Dunia U-20.
“Perihal stadion dan lainnya itu agar tetap bisa dimanfaatkan semaksimal mungkin, karena itu kami berharap bisa ada kabar yang agak menyejukkan dari FIFA, karena kan U-nya (usia) tidak hanya U-20. Ada U yang lain,” kata Muhadjir.
Kerugian Ekonomi
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf), Sandiaga Uno menyebut, Indonesia dirugikan secara finansial hingga triliunan rupiah setelah gagal jadi tuan rumah Piala Dunia U-20 2023.
Selain kerugian biaya APBN yang sudah terlanjur digelontorkan, Indonesia juga dirugikan karena kehilangan momentum dari potensi pergerakan ekonomi jika menghelat event sebesar Piala Dunia U-20.
Dicontohkan, dengan menjadi tuan rumah, Indonesia akan kedatangan tambahan turis asing yang berasal dari pemain, official tim dan pendukung masing-masing negara.
“Target pendapatan berbasis jumlah penonton yang sekitar 2 juta dalam pertandingan-pertandingan yang sudah disusun di enam kota itu,” kata Sandiaga dikutip dari Kompas TV.
Gelaran Piala Dunia U-20 tetaplah merupakan event besar, meski tentu skalanya tak sebesar Piala Dunia Timnas Senior di Qatar tahun lalu. “Total lebih dari 2 juta penonton 2,3 juta penonton dan minimal dampaknya itu mencapai Rp 3,7 triliun. Dan ini kerugian yang sangat besar,” beber mantan Wakil Gubernur DKI Jakarta itu.
Ekonomi juga akan lebih bergerak dari sektor lainnya seperti perhotelan, katering, transportasi, penjualan souvenir dan sektor pendukung lainnya terutama di kota-kota tempat penyelenggaraan pertandingan.
Sementara apabila mengkalkulasi kerugian dari sisi pengeluaran APBN, lanjut Sandiaga, nilainya juga sangat fantastis. Biaya terbesar dialokasikan untuk renovasi sejumlah stadion Kementerian PUPR.
Belum lagi, dana yang dihabiskan untuk serangkaian kegiatan persiapan dari Kemenpora. PSSI juga mengeluarkan uang tak sedikit untuk persiapan timnas Indonesia berlaga di Piala Dunia U-20.
“Total kita sedang mengkaji dan sudah keluar hasil kajian awal di mana venue-venue tersebut sudah direnovasi beberapa tahun terakhir, oleh PUPR Kemenpora ini jumlahnya sudah di atas Rp 500 miliar lebih,” ujar Sandiaga.
Ditambahkan, selain tekor dari sisi materi, Indonesia juga merugi karena lenyapnya kesempatan Timnas Garuda Muda ambil bagian dalam turnamen tersebut.
Timnas Indonesia sendiri lolos otomatis ke Piala Dunia U-20 dengan statusnya sebagai tuan rumah. Hal ini, menurutnya, adalah sebuah kesempatan yang langka.
“Tapi yang lebih besar lagi adalah harapan kita untuk mewujudkan mimpi-mimpi anak muda kita menjadi bagian daripada perhelatan ajang sepak bola yang boleh dibilang mirip-mirip sama ajang FIFA World Cup di Qatar,” ungkap Sandiaga. (ant/bsh)