JAKARTA, FOKUSRIAU.COM-Direktur Utama Perum Badan Urusan Logistik (Bulog), Budi Waseso membuka peluang impor satu juta ton beras dari China. Impor dilakukan untuk mengantisipasi mundurnya panen dalam negeri akibat dampak El Nino.
“Kami antisipasi El Nino. Prediksinya bulan januari, februari dan maret, belum ada panen atau panennya mundur semua,” kata Buwas, Kamis (5/10/2023) di Jakarta.
Pernyataan tersebut disampaikan usai meninjau stok dan harga beras di Pasar Rawamangun bersama Menteri BUMN Erick Thohir.
Keduanya juga meninjau operasi pasar beras Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) di Pasar Induk Beras Cipinang.
Menurut Buwas, antisipasi tersebut penting untuk memastikan pemenuhan kebutuhan beras nasional. Saat kekurangan pasokan, harga beras akan mengalami kenaikan harga.
“Pemerintah harus sudah menyiapkan. Jangan sampai begitu kita lihat kurang, baru ribut mencari impor,” kata Buwas.
Perintah Presiden Jokowi
Saat ini, kata Buwas, Presiden Jokowi bekerja sama dengan China menyiapkan satu juta ton beras. Nantinya, beras tersebut akan diekspor China ke Indonesia bila produksi dalam negeri tidak mampu memenuhi kebutuhan nasional akibat El Nino.
Ditambahkan, Indonesia tidak akan secara langsung menerima satu juta ton beras. Jumlah beras yang diimpor dari China tergantung dengan selisih kebutuhan nasional dengan produksi dalam negeri.
“Kita lihat dulu kebutuhannya. Tetapi, dalam hal ini, China sudah menyiapkan,” kata Buwas.
Kerja sama impor tersebut menjadi salah satu solusi bagi Indonesia ketika membutuhkan beras dalam keadaan darurat. Buwas menjelaskan bahwa stok beras yang ada di Bulog mencapai 1,7 juta ton, yang terdiri dari Cadangan Beras Pemerintah (CBP) sebanyak 1,67 juta ton dan stok komersil sekitar 69 ribu ton.
Sementara itu, penyaluran beras telah mencapai angka 1,7 juta ton yang digunakan antara lain realisasi SPHP sebanyak 799 ribu ton, dan bantuan pangan tahap pertama sebesar 640 ribu ton.
Kemudian bantuan pangan beras tahap kedua yang saat ini terus digenjot dengan realisasi terakhir telah mencapai 98,5 persen untuk bulan pertama sebesar 197 ribu ton.
Di sisi lain, Menteri BUMN Erick Thohir mengingatkan agar impor dan produksi beras dapat berjalan beriringan, tidak sendiri-sendiri. Ia menyoroti pentingnya integrasi data antara impor dan produksi beras, sehingga tidak merugikan rakyat, khususnya petani.
“Tidak bisa impor jalan sendiri, produksi jalan sendiri,” kata Erick Thohir.
Mendagri anjurkan masyarakat konsumsi ubi dan sukun
Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tito Karnavian meminta masyarakat untuk tidak bergantung terhadap nasi untuk memenuhi asupan karbohidrat. Hal ini sebagai respons dari melonjaknya harga beras di pasaran.
Guna memenuhi asupan karbohidrat, Tito bilang, masyarakat bisa mengkonsumsi berbagai komoditas pangan lain. Masyarakat disebut bisa beralih ke ubi, singkong, papeda, hingga jagung.
“Itu semua enak-enak itu. Ada ubi jalar, ada sorgum, ada sukun, banyak sekali yang bisa menjadi bahan pokok,” kata Tito di Jakarta.
Menurut Mendagri, opsi-opsi tersebut juga lebih sehat dikonsumsi oleh masyarakat. Pasalnya, nasi berpotensi menaikan gula darah dan memicu diabetes. Saat ini, dirinya sudah mulai mengkonsumsi berbagai jenis alternatif beras. Mulai dari sukun, ubi hingga keladi. (ant/kpc/bsh)