PEKANBARU, FOKUSRIAU.COM-Ajakan memboikot produk perusahaan yang pro-Israel semakin menggema. Di Malaysia, masyarakatnya dikabarkan mulai menggelorakan tindakan itu secara terbuka. Hal ini pun menimbulkan efek lain, yakni mengeluhnya para pegawai di sejumlah perusahaan franchise atau waralaba asing.
Masyarakat Malaysia ramai-ramai menggaungkan dorongan untuk memboikot terhadap sejumlah perusahaan dan produk yang terafiliasi dengan Israel. Hal ini disebut sebagai wujud negara itu terhadap Palestina.
Namun, ternyata ada sisi lain yang muncul dari persoalan tersebut. Daftar sejumlah perusahaan dan produk yang disebut mendukung Israel kini tersebar luas di Malaysia.
Masyarakat Malaysia pun didorong untuk memboikot produk sebagai wujud dukungan terhadap Palestina.
Dilansir dari The Straits Times, aksi besar-besaran pro-Palestina diketahui dilangsungkan di negara tersebut. Sejumlah selebriti bahkan mengatakan di media sosial bahwa masyarakat perlu melakukan aksi-aksi lain yang lebih berdampak.
Salah satunya pengusaha terkenal Vivy Yusof. Melalui akun Instagramnya, Vivy mengajak masyarakat Malaysia untuk terus berdoa, berdonasi dan memboikot produk-produk yang pro-Israel. Unggahan Vivy viral dan memperoleh sekitar 35.400 likes.
Ia menulis “Meski saya tidak terlalu menyukai boikot tapi ini adalah masalah hidup dan mati. Jika kita tetap memberi uang kepada perusahaan multinasional yang memberikan bantuan bagi pasukan Israel (IDF), mereka tidak akan berhenti (menyerang Palestina). Untuk apa mereka berhenti? Mereka hanya peduli jika penjualan mereka menurun,” ucapnya.
Sejumlah perusahaan yang ditarget tersebut mayoritas adalah waralaba cepat saji asal Amerika Serikat. Berbagai waralaba itu mudah ditarget karena pemerintah AS diketahui konsisten mendukung Israel. Dua di antaranya adalah McDonald dan Burger King, yang diketahui memberi donasi kepada personel IDF.
Namun kali ini, sejumlah pekerja di restoran cepat saji itu mengeluhkan bahwa aksi boikot yang digaungkan warga Malaysia juga berpengaruh terhadap nasib para pekerja restoran cepat saji di ‘Negeri Jiran’. Di sebuah video yang tersebar di Instagram, salah satu pegawai disabilitas di McDonald Malaysia, mengaku takut kehilangan pekerjaan di tengah situasi yang terjadi.
“Tidak mudah bagi pemberi kerja untuk menerima disabilitas seperti saya. Saya berharap boikot ini tidak berlanjut,” ungkapnya.
Sementara di video lain, seorang pegawai McDonald di Malaysia mengaku dipermalukan di muka umum karena mengenakan seragam kerja. Seorang pegawai lain juga mengaku sedih karena mendengar putrinya, yang berusia delapan tahun, mengatakan bahwa burger adalah makanan haram.
“Teman-teman putri saya, yang berusia delapan tahun, bahwa burger itu haram,” ucapnya dilansir dari The Straits Times.
Adapun berdasarkan keterangan lain, boikot tersebut juga berpengaruh terhadap setidaknya 18.000 pekerja McDonald lain, termasuk para pengantar.
McDonald Malaysia pun diketahui sudah mengeluarkan pernyataan resmi bahwa pihaknya tidak terikat dengan franchise waralaba tersebut di Israel.
McDonald Malaysia mengatakan, perusahaan sudah 100% dimiliki oleh entitas berlatar belakang muslim, dan sudah menyumbang setidaknya 1 juta ringgit atau Rp 3 miliar (Kurs Rp 3.296) kepada Dana Kemanusiaan Palestina.
Sebelumnya, Jumat (3/11/2023), Kepolisian Malayasia menangkap dua orang pemuda yang diketahui hendak membajak salah satu papan menu digital perusahaan waralaba.