TANAH DATAR, FOKUSRIAU.COM-Pemerintah Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat (Sumbar) mulai mendata warganya yang bermukim di sekitar lereng Gunung Marapi, terutama pada radius bahaya. Kini, sebagian di antara warga tersebut sudah mengungsi ke tempat yang lebih aman.
Bupati Tanah Datar, Eka Putra mengatakan, sejak Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) menetapkan perubahan status Gunung Marapi dari Level II atau Waspada menjadi Level III atau Siaga, pihaknya sudah mulai mendata warga yang tinggal dan beraktivitas pada radius bahaya.
“Bersama pihak terkait, TNI-Polri dan masyarakat setempat, kita terus melakukan pendataan dan sosialisasi kepada masyarakat berkaitan dengan titik kumpul dan jalur evakuasi warga. Kita siapkan untuk mengantisipasi jika kondisi Gunung Marapi semakin membahayakan,” kata Eka, Jumat (12/1/2024).
Dikatakan, saat ini ada 24 kepala keluarga yang sudah memilih mengungsi ke sebuah musala di Nagari Koto Baru, Kecamatan X Koto, Tanah Datar. Secara keseluruhan ada 68 jiwa yang mengungsi.
“Warga kita ini sebenarnya tidak masuk dalam zona 4,5 kilometer, tapi mereka tetap memilih mengungsi karena trauma mendengar bunyi dentuman dan gemuruh yang setiap hari terdengar saat gunung (Marapi) erupsi,” katanya.
Bupati meminta warga meningkatkan kewaspadaan dan tidak melakukan aktivitas di 4,5 kilometer dari puncak sesuai dengan rekomendasi PVMBG. Eka juga mengimbau para ulama, da’i, ulama dan imam masjid mendoakan agar masyarakat terhindar dari bahaya.
“Warga harus selalu mewaspadai ancaman dan potensi lahar, terutama saat musim hujan. Saya juga mohon para Ulama dan Imam Masjid ikut membantu mendoakan agar kita semua terhindar dari bahaya letusan Marapi,” ujarnya.
Status Gunung Marapi sendiri ditetapkan jadi siaga sejak Selasa (9/1/2024) malam. PVMBG menaikkan status dipicu oleh aktivitas erupsi dan kegempaan yang terus terjadi lebih dari satu bulan terakhir.
Gunung Marapi juga terpantau mengalami perubahan tipe erupsi dari tipe freatik menjadi tipe magmatic. Akibat perubahan status tersebut, zona bahaya yang sebelumnya 3 kilometer juga diperluas menjadi 4,5 kilometer dari puncak atau kawah.
Marapi mengalami erupsi pertama kali pada 3 Desember 2023 silam atau sudah lebih dari satu bulan. Letusan tersebut menyebabkan 24 orang pendaki yang sedang melakukan aktivitas di puncak gunung meninggal dunia. Sejak saat itu, erupsi tidak pernah berhenti hingga kini. (dtc/bsh)