JAKARTA, FOKUSRIAU.COM-Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mewanti-wanti ketegangan geopolitik di Timur Tengah yang bisa membuat ketidakpastian pasar keuangan global kian buruk.
Menurutnya, Dinamika ekonomi keuangan global menjadi berubah cepat dengan risiko yang meningkat.
“Ketidakpastian pasar keuangan global semakin buruk akibat eskalasi ketegangan geopolitik di Timur Tengah,” kata Perry dalam konferensi pers hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI yang dilakukan secara virtual, Rabu (24/4/2024).
Akibatnya, investor global berbondong-bondong memindahkan portofolio ke aset yang lebih aman khususnya mata uang dolar Amerika Serikat (AS) dan emas. Hal itu menyebabkan pelarian modal keluar dan pelemahan nilai tukar di berbagai negara termasuk Indonesia.
“Ke depan, risiko terkait arah penurunan Fed Fund Rate dan dinamika ketegangan geopolitik global akan terus dicermati karena dapat mendorong berlanjutnya ketidakpastian pasar keuangan global, meningkatnya tekanan inflasi dan menurunnya prospek pertumbuhan ekonomi dunia,” ujar Perry.
Dikatakan, kondisi ini memerlukan respons kebijakan yang kuat untuk memitigasi dampak negatif dari rambatan ketidakpastian global tersebut terhadap perekonomian di negara-negara termasuk emerging market dan Indonesia.
“Dalam rapat dua hari ini (23-24 April 2024) kami terus mencermati perkembangan-perkembangan khususnya ekonomi dan keuangan global yang bergerak cepat,” imbuh Perry.
Rupiah Bakal Menguat
Ketegangan yang terjadi di Timur Tengah membuat pelemahan nilai tukar berbagai negara terhadap dolar Amerika Serikat (AS), termasuk rupiah. Meski begitu, BI optimistis rupiah ke depan stabil dan balik menguat ke level Rp 15.800/US$.
Kata Perry, penguatan rupiah terhadap dolar AS akan bertahap. Puncak penguatan diprediksi terjadi pada triwulan IV-2024 dimana nilai tukar rupiah akan berada di level Rp 15.800/US$.
“Kami meyakini bahwa rupiah akan tetap stabil di sekitar Rp 16.200 pada triwulan II ini dan akan menguat ke arah rata-rata Rp 16.000 di triwulan III dan bahkan akan menguat ke rata-rata Rp 15.800 pada triwulan IV-2024,” ujarnya.
BI akan terus menempuh sederet kebijakan untuk memperkuat stabilitas nilai tukar rupiah. Salah satunya dengan menaikkan suku bunga acuan atau BI rate sebesar 25 bps menjadi 6,25 persen.
“Kenaikan suku bunga ini untuk memperkuat stabilitas nilai tukar rupiah dari kemungkinan memburuknya risiko global serta sebagai langkah preemptive dan forward looking untuk memastikan inflasi tetap dalam sasaran 2,5+-1 persen pada 2024 dan 2025,” ucap Perry dikutip FokusRiau.Com dari detikcom.
Berdasarkan paparannya, indeks nilai tukar dolar AS terhadap mata uang utama DXY menguat mencapai level tertinggi 106,25 pada 16 April 2024 atau mengalami apresiasi penguatan sebesar 4,86 persen dibanding level akhir 2023.
Perkembangan ini memberikan tekanan depresiasi kepada hampir seluruh mata uang dunia termasuk nilai tukar Rupiah.
Pelemahan rupiah sampai 23 April 2024 mencapai 5,07 persen year to date (ytd). Nilai itu diklaim lebih baik dibandingkan pelemahan yen Jepang dan dolar New Zealand yang masing-masing melemah 8,91 persen dan 6,12 persen ytd serta baht Thailand dan Won Korea Selatan yang masing-masing melemah 7,88 persen dan 6,55 persen ytd.
“BI terus memperkuat kebijakan stabilisasi nilai tukar Rupiah dengan mengoptimalkan seluruh instrumen moneter yang tersedia baik melalui intervensi di pasar valas secara spot dan DNDF, pemberian SBN dari pasar sekunder apabila diperlukan, pengelolaan likuiditas secara memadai, maupun langkah-langkah lain yang diperlukan,” tukasnya. (bsh)