Pembiayaan Capai Rp 11 Triliun, Dirut BPJS Soroti Tren Gagal Ginjal Usia Muda

Direktur Utama BPJS Kesehatan. (Foto: DetikHealth)

JAKARTA, FOKUSRIAU.COM-Pembiayaan kesehatan untuk pasien gagal ginjal kronik di BPJS Kesehatan dilaporkan mencapai Rp 11 triliun tahun 2024. Terjadi peningkatan signifikan dibandingkan tahun 2019 yang berkisar Rp 6,5 triliun.

Kenaikan pembiayaan terkait gagal ginjal kronik mulai melonjak sejak 2023, yakni bertambah Rp 3 triliun dari tahun sebelumnya.

Direktur Utama BPJS Kesehatan, Prof Ali Ghufron Mukti menilai, tren peningkatan berkaitan dengan kenaikan kasus penyakit gagal ginjal kronik, termasuk di generasi muda dalam beberapa tahun terakhir.

“Tahun 2024 mencapai Rp 11 triliun. Cukup besar untuk seluruh penyakit gagal ginjal kronik, ini baru yang hanya tercover BPJS saja,” ujar Ghufron usai diskusi publik di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan, Selasa (11/2/2025).

Ghufron mengimbau masyarakat, utamanya generasi muda untuk memerhatikan pola minum dan makan, juga mengontrol riwayat penyakit yang meningkatkan risiko gagal ginjal.

“Itu satu, menurut saya, karena lingkungan, itu penting sekali. Dua, perilaku, kalau ginjal itu tolong jangan minum sembarangan, minum mohon maaf obat kuat, lebih segar minuman berenergi, ya itu, karena apa? Karena bahan pengawetnya,” ujarnya.

Ghufron juga menyoroti laporan Kementerian Pertanian yang menemukan hampir 100 persen ikan lele diinjeksi obat antibiotik. Belum lagi, sejumlah buah-buahan yang sengaja diberikan pewarna untuk mengundang daya tarik pembeli.

“Apalagi kalau kita di pasar, yang jelas buah, buah disuntik biar orang tertarik, dan ini merusak ginjal nanti, maka harus dicek kalau umpamanya semangka, bijinya masih putih, warnanya sudah merah menarik, itu harus curiga, pilih yang bijinya warna hitam, itu contoh salah satunya,” tuturnya.

Selain memerhatikan pola konsumsi, Ghufron juga mengingatkan publik untuk bijak meminum obat. Bagi beberapa keluhan yang masih bisa ditangani dengan ‘obat rumahan’ atau alami dan istirahat yang cukup serta tambahan vitamin, sebaiknya tidak perlu menggunakan obat antiinflamasi, antibiotik berlebihan.

“Tidak berhenti di situ ya, paling banyak gagal ginjal itu karena diabetes dan hipertensi, itu harus dihindari, kalau dua penyakit itu kurang lebih 30 persen memicu risiko gagal ginjal,” tukasnya. (dtc/bsh)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *