Resesi Dunia Mengancam, Coba Simak 4 Langkah Cara Investasi Emas

Emas bisa menjadi solusi tepat dalam menghadapi resesi. (Foto: Liputan6.Com)

JAKARTA, FOKUSRIAU.COM-Sejumlah ekonom dan analis menyebut, saat ini dunia tengah berada di ambang resesi. Kekhawatiran muncul setelah Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengumumkan kebijakan tarif impor baru pekan lalu.

Kondisi itu menciptakan ketidakpastian global, terutama di sektor finansial. Saat gejolak terjadi, emas kembali jadi primadona. Tak heran, harga emas sebagai aset safe haven terus mencetak rekor baru sepanjang tahun ini.

Bagi anda yang tertarik untuk mulai berinvestasi emas, penting terlebih dahulu memahami karakteristik komoditas ini. Dikutip dari Yahoo Finance, Rabu (9/4/2025), emas tidak bergerak seperti uang tunai, saham atau obligasi. Inilah yang membuatnya digolongkan sebagai aset alternatif.

Lalu apa saja yang perlu diperhatikan sebelum mulai berinvestasi emas? Berikut empat langkah yang bisa kamu pertimbangkan:

Langka 1. Tetapkan Tujuan
Salah satu keunggulan utama emas adalah kemampuannya mempertahankan nilai, bahkan cenderung naik saat aset lain mengalami penurunan. Karena sifat inilah, banyak investor mengandalkan emas sebagai penstabil portofolio, terutama di tengah kondisi ekonomi yang tidak pasti.

Emas kerap dijadikan pelindung terhadap kerugian yang belum terealisasi di pasar saham, serta terhadap penurunan daya beli uang tunai akibat inflasi.

Selain itu, logam mulia ini juga dikenal luas sebagai penyimpan nilai yang andal. Bahkan, jika skenario terburuk seperti jatuhnya nilai dolar terjadi, emas dapat menjadi alat tukar alternatif.

Scott Travers, penulis The Coin Collector’s Survival Manual sekaligus editor majalah COINage menyebut, emas sebagai “polis asuransi” terhadap bencana ekonomi.

Melihat perilaku emas di masa lalu, ada tiga tujuan utama yang bisa dijadikan alasan berinvestasi emas:

Langkah 2. Tetapkan Alokasi
Alokasi adalah pembagian portofolio kamu ke dalam berbagai jenis aset, seperti saham, obligasi dan emas.

Menentukan alokasi target untuk masing-masing aset ini penting untuk membantu mengelola risiko dalam jangka panjang.

Kenapa ini penting? Karena nilai masing-masing aset akan terus berubah seiring waktu. Misalnya, ketika saham mengalami kenaikan nilai atau apresiasi, porsi saham dalam portofoliomu bisa menjadi terlalu dominan.

Jika tidak dilakukan penyeimbangan ulang secara berkala, hal ini bisa meningkatkan risiko portofolio secara keseluruhan.

Ahli investasi Scott Travers merekomendasikan agar investor menyimpan sekitar 5% hingga 15% dari total kekayaan bersih dalam bentuk emas. Sementara itu, sejumlah pakar lain menyarankan alokasi hingga 20%, terutama bagi investor yang memiliki toleransi risiko lebih tinggi.

Menentukan alokasi ideal bisa dimulai dengan meninjau performa historis emas dan menyesuaikannya dengan profil risiko kamu. Secara historis, emas memang menunjukkan pola pergerakan yang bersiklus.

Logam mulia ini mengalami tren naik signifikan antara tahun 2009 hingga 2011, sebelum akhirnya memasuki fase lesu yang berlangsung hampir sembilan tahun.

Ketika emas sedang tidak bersinar, posisi investasi kamu bisa berdampak negatif terhadap total pengembalian portofolio. Jika skenario seperti ini terasa mengganggu, maka alokasi yang lebih kecil bisa jadi pilihan yang lebih bijak.

Namun, jika kamu bersedia menghadapi tahun-tahun di mana performa emas kurang optimal demi potensi imbal hasil tinggi di masa mendatang, kamu bisa memilih alokasi yang lebih besar.

Sebagai informasi, pada Februari lalu, Goldman Sachs memperkirakan harga emas akan naik lagi sekitar 8 persen di tahun 2025, setelah sebelumnya melonjak lebih dari 40 persen sepanjang 2024.

Kenaikan harga emas ini dipicu oleh kekhawatiran pasar terhadap kebijakan tarif dan potensi dampaknya terhadap ekonomi Amerika Serikat.

Langkah 3: Pilih Bentuk Investasi
Setelah menentukan target alokasi emas, kamu harus memilih bentuk investasi emas yang akan disimpan. Terdapat tiga pilihan saat ini yaitu emas fisik, saham pertambangan emas, dan ETF emas.

Emas Fisik
Emas fisik meliputi perhiasan, emas batangan dan koin emas. Kelebihan emas fisik adalah bisa memberikan ketenangan pikiran. Jika kamu menyimpan emas fisik di rumah, emas tersebut dapat digunakan sebagai alat tukar dalam keadaan darurat ekonomi.

Tidak ada volatilitas tambahan atau biaya berkelanjutan. Berbeda dengan saham pertambangan emas cenderung naik dan turun seiring harga emas, tetapi faktor terkait bisnis meningkatkan volatilitasnya.

ETF Emas
Kelebihan ETF emas adalah dana yang berinvestasi dalam saham pertambangan emas atau emas fisik.

Keuntungannya adalah mudah disimpan. Seperti saham pertambangan emas, saham ETF pada dasarnya adalah aset digital tanpa persyaratan penyimpanan.

Kekurangan ETF emas adalah biaya dana yang mengurangi keuntungan dari waktu ke waktu. Tidak ada utilitas sebagai alat tukar. Seperti halnya saham pertambangan emas, kamu mungkin tidak dapat menggunakan saham ETF untuk berdagang makanan dalam keadaan darurat ekonomi.

Langkah 4: Pertimbangkan Jangka Waktu Investasi
Setelah memilih ukuran dan bentuk investasi emas, pertimbangkan jangka waktu investasi sebagai pemeriksaan kesesuaian akhir. Emas bisa saja tidak stabil.

Emas juga telah menunjukkan periode penurunan yang panjang. Perilaku tersebut tidak dapat diterima jika jangka waktu kamju pendek.

Risikonya terlalu besar sehingga harga emas akan turun saat kamu perlu melikuidasinya.

Periode kepemilikan yang panjang juga memberikan potensi yang lebih besar untuk mencapai tujuan. Sebagai contoh, lindung nilai terhadap penurunan pasar saham atau inflasi merupakan upaya jangka panjang. Hasil ini akan terus menjadi risiko selama kamu memiliki saham atau simpanan tunai.

Menyimpan emas sebagai asuransi terhadap bencana ekonomi mengharuskan Anda menyimpan aset tersebut hingga Anda membutuhkannya. (l6c/bsh)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *