Menelisik Arsitektur dan Filosofi Rumah Gadang, Rumah Adat Minangkabau

Rumah adat Minangkabau adalah rumah Gadang. (Foto: Istimewa)

PEKANBARU, FOKUSRIAU.COM-Rumah Gadang merupakan salah satu ikon budaya dari Sumatera Barat. Atapnya menjulang runcing menyerupai tanduk kerbau menjadi ciri khas yang mudah dikenali, sekaligus simbol identitas masyarakat Minangkabau.

Rumah Gadang lahir dari perjalanan panjang masyarakat Minangkabau yang menganut sistem kekerabatan matrilineal, yakni garis keturunan ditarik dari pihak ibu.

Secara historis, Rumah Gadang dibangun sebagai rumah kaum atau rumah suku, bukan rumah keluarga inti.

Artinya, satu Rumah Gadang dihuni oleh beberapa generasi perempuan dalam satu garis keturunan, mulai dari nenek, ibu, hingga anak perempuan.

Sementara itu, laki-laki dewasa biasanya tinggal di surau atau rumah istrinya setelah menikah.

Arsitektur rumah adat Minangkabau Mengutip Buku “Keajaiban Arsitektur Rumah Gadang” yang ditulis Chandra Okta Fiandi, bangunan rumah adat suku Minangkabau berbentuk panggung yang tidak langsung dipancangkan ke dalam tanah, melainkan agak tinggi dengan banyak tiang penopang.

Atapnya menggunakan susunan ijuk dari pohon aren. Sementara dinding-dinding dihiasi dengan ukiran-ukiran khas daerah ranah minang yang sangat indah dan berwarna-warni.

Pola atau motif ukiran rumah adat Minangkabau adalah menggunakan pola geometri dengan motif tumbuhan, hewan, dan kehidupan sehari-hari. Ciri khas lainnya dari rumah adat Minangkabau adalah terdapat banyak jendela di dinding bagian depan.

Sementara di bagian belakang berupa anyaman bambu. Lalu kekhasan lain terletak pada pondasi rumah gadang yang hanya berupa batu yang diletakkan begitu saja di atas permukaan tanah, tanpa di tanam ataupun dilekatkan dengan semen.

Fondasi tanpa direkat dengan semen atau dicorkan malah membuatnya tidak gampang roboh. Ini karena rumah adat Suku Minangkabau yang besar akan miliki berat yang besar pula sehingga akan menekan kuat ke batu tersebut.

Rumah gadang tetap berada di tempatnya semula meskipun bangunan hanya terletak di permukaan.

Sementara itu, tiang dibuat condong seolah-olah akan berpotongan di suatu titik yang menyebabkan gaya tekan semakin besar.

Dengan kondisi geografis Sumatera Barat yang sering dilanda gempa bumi, Rumah Gadang juga tidak gampang roboh. Tiang kayu akan bergeser sedikit sekali mengikuti gerakan gempa sehingga bangunan tidak patah atau rusak.

Atap rumah adat Suku Minangkabau
Keunikan Rumah Gadang paling mencolok terlihat pada bagian atapnya. Atap melengkung dan runcing di kedua ujungnya disebut gonjong.

Bentuk ini sering diibaratkan seperti tanduk kerbau, yang merujuk pada legenda kemenangan Minangkabau dalam adu kerbau melawan kerajaan lain pada masa lampau.

Selain atap, Rumah Gadang memiliki sejumlah ciri arsitektur khas, misalnya berbentuk panggung. Rumah Gadang dibangun dengan konstruksi panggung, di mana lantai rumah ditopang tiang-tiang kayu.

Desain ini berfungsi melindungi penghuni dari banjir, binatang buas dan meningkatkan sirkulasi udara. (kps/bsh)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *