Keputusan Sulit Microsoft, PHK 9.000 Karyawan

Bos Microsoft, Satya Nadella. (Foto: AFP via Getty Images)

PEKANBARU, FOKUSRIAU.COM-CEO Microsoft Satya Nadella buka suara terkait pemutusan hubungan kerja (PHK) massal di perusahaannya awal Juli lalu.

Lewat sebuah memo internal, Nadella menjawab apa yang selama ini menjadi pertanyaan besar para karyawannya.

“Saya ingin berbicara tentang apa yang telah membebani saya, dan apa yang saya tahu banyak dari Anda yang memikirkannya: pemutusan hubungan kerja baru-baru ini,” kata Nadella dalam memo internal dikutip dari The Verge, Selasa (29/7/2025).

Dalam memo tersebut, Nadella mengakui, kebijakan memangkas ribuan karyawannya adalah keputusan paling sulit yang harus diambil.

Menurutnya, keputusan ini juga jelas memengaruhi individu (karyawan) yang terdampak.

“Keputusan-keputusan ini termasuk yang tersulit yang harus kita buat. Keputusan ini juga memberikan pengaruh terhadap orang-orang yang yang telah bekerja bersama kita, belajar dari kita, dan berbagi banyak momen bersama kita (kolega, rekan satu tim, dan teman-teman kita)” tambahnya.

Akui kondisi serba tidak pasti
Sebagai orang nomor satu di Microsoft, Nadella juga menyoroti kondisi perusahaan yang saat ini saling tidak pasti dan tampak kontradiktif.

Di satu sisi, kata dia, berdasarkan ukuran objektif, perusahaan sedang berada dalam fase “perkembangan yang pesat”. Namun di sisi lain, pemangkasan karyawan masih harus dilakukan.

“Saya juga ingin mengakui ketidakpastian dan ketidaksesuaian yang tampak di masa-masa yang sedang kita hadapi. Berdasarkan semua ukuran objektif, Microsoft sedang berkembang pesat,” ulas Nadella.

“Kinerja pasar, posisi strategis, dan pertumbuhan kami semuanya menunjukkan peningkatan yang signifikan. Kami juga berinvestasi lebih banyak dalam belanja modal (CapEx) daripada sebelumnya,” tuturnya.

Meski begitu, Nadella menyebut, Microsoft tetap harus mengambil langkah yang tidak mudah, salah satunya lewat PHK karyawan.

Menurutnya, keputusan ini terjadi karena sifat industri teknologi yang penuh “teka-teki”.

“Ini adalah teka-teki dari kesuksesan di industri yang tidak memiliki nilai waralaba. Kemajuan tidaklah linear. Kemajuan itu dinamis, terkadang tidak selaras, dan selalu menuntut,” katanya.

Nilai waralaba alias franchise value, yang dimaksud merujuk pada nilai jangka panjang yang dimiliki suatu perusahaan karena reputasi, kepercayaan pelanggan, loyalitas merek atau keunggulan kompetitif yang sulit ditiru oleh pesaing.

Dengan kata lain, Nadella ingin menyampaikan bahwa industri teknologi tidak memiliki nilai yang konstan atau keunggulan jangka panjang, sehingga harus terus berinovasi.

Meski demikian, menurut Nadella situasi ini juga bisa membuka peluang baru bagi Microsoft untuk terus membentuk, memimpin dan memberikan dampak yang lebih besar daripada sebelumnya.

Fokus ke AI
Adapun peluang tersebut, salah satunya yaitu berkaitan dengan misi Microsoft ke depan yang mulai berfokus pada potensi kecerdasan buatan/artificial intelligence (AI).

Teknologi ini diyakininya bisa membuka jalan baru bagi inovasi dan pertumbuhan perusahaan. “Bayangkan jika seluruh 8 miliar orang dapat memanggil seorang peneliti, analis, atau agen pemrograman. Hal ini dapat membuka tingkat kelincahan dan inovasi yang benar-benar baru,” ungkap Nadella.

Selain fokus pada AI, Nadella juga menegaskan bahwa sebagai perusahaan teknologi, Microsoft menetapkan tiga prioritas utama bisnis perusahaan. Ketiganya yaitu keamanan, kualitas dan transformasi AI.

Soal keamanan, menurutnya ini menjadi salah satu prioritas utama Microsoft. Bahkan sejak tahun lalu, ketika perusahaan mendapat serangan siber dan berdampak pada turunnya tingkat kepercayaan pengguna.

Dan kini, Nadella mengatakan bahwa Microsoft akan kembali menekankan hal-hal “fundamental” seperti itu, sekaligus berfokus pada pengembangan AI.

“Keamanan dan kualitas tidak bisa ditawar. Infrastruktur dan layanan kami sangat penting bagi dunia, dan tanpanya kami tidak memiliki legitimasi untuk maju,” kata Nadella.

Dorong karyawan punya growth mindset
Dalam memo internalnya, Nadella tidak memberikan jaminan bahwa PHK tidak akan terjadi lagi di masa depan.

Ia hanya mencatat bahwa jumlah karyawan Microsoft “relatif tidak signifikan berubah” meski dilakukan pemangkasan. Selain itu, dengan adanya kejadian PHK sebelum-sebelumnya, wajar jika karyawan Microsoft merasa takut dan khawatir akan posisi mereka ke depan.

Menanggapi hal tersebut, Nadella meminta karyawannya agar tetap menjaga budaya kerja yang positif dengan mengedepankan pola pikir bertumbuh alias growth mindset.

“Terkadang terasa berantakan, tetapi transformasi (efek pemangkasan) selalu seperti itu,” ujar Nadella.

Sebagai “penenang”, ia juga menambahkan bahwa Microsoft, kini tengah melakukan reorganisasi besar-besaran. Adapun dengan langkah ini diharapkan bisa membuka cakupan kerja dan peluang yang lebih luas.

Seperti disinggung di atas, memo internal Nadella ini muncul menyusul kabar pengumuman PHK terhadap 9.000 karyawan Microsoft pada awal Juli 2025 lalu.

Langkah ini memengaruhi kurang dari 4 persen dari total tenaga kerja global Microsoft. Karyawan dari berbagai divisi, wilayah, dan tingkat jabatan akan terkena dampaknya.

Sebelumnya, Microsoft juga telah melakukan PHK dalam beberapa gelombang sepanjang 2025. Pada Januari, perusahaan memangkas kurang dari 1 persen karyawan berdasarkan evaluasi kinerja. Selanjutnya, pada Mei, sekitar 6.000 karyawan diberhentikan. Disusul 300 karyawan lagi pada Juni. (bsh)

Sumber: Kompas.com

Exit mobile version