“Kalau hasil ini disandingkan dengan pertumbuhan ekonomi kuartal II yang paling dalam adalah di transportasi dan pergudangan, di mana pertumbuhan ekonominya minus 30,84 persen,” katanya.
Kemudian diikuti sektor akomodasi dan makan minum dengan pertumbuhan minus 22,02 persen. “Artinya mereka yang terdampak pada kuartal II, pada Juli ini masih alami kesulitan,” ulasnya.
Kendati begitu, BPS menyatakan ada pula pelaku usaha yang justru berhasil meningkatkan kapasitas produksi meski di tengah pandemi. Sektor usaha yang mencatat peningkatan produksi di tengah pandemi dari masa normal, yaitu makanan dan minuman yang berupa frozen foods, jamu, minuman, penjualan masker, penjualan sepeda, dan jasa layanan internet provider.
“Tapi di tengah pandemi covid juga masih ada pelaku usaha yang menginfokan bahwa produknya melebihi kapasitas normal, masing-masing 0,5 persen. Persentasenya kecil tapi di tengah covid mereka justru bergerak dan mendapatkan keuntungan yang lebih daripada masa normal,” tukasnya. (*)
Editor: Boy Surya Hamta
Sumber: CNNIndonesia