PEKANBARU, FOKUSRIAU.COM-Kecewa. Itulah perasaan para atlet kebanggaan Riau kini. Bonus yang harusnya menjadi hak mereka setelah mengukir prestasi di ajang Pekan Olahraga Nasional (PON) Aceh-Sumut 2024 lalu, sampai sekarang tak kunjung cair.
Penantian panjang ini kemudian memicu perasaan frustrasi di kalangan para atlit. “Sudah setahun bonus kami belum cair,” kata Muhammad Fajri (27), atlet anggar Riau, Jumat (11/7/2025).
Saat PON lalu, Fajri meraih satu medali emas di kategori beregu dan satu medali perak di kategori perorangan. Harusnya dia menerima bonus sekitar Rp 300 juta.
Kata Fajri, jumlah atlet yang belum mendapatkan bonus diperkirakan sekitar 50 orang. Sebulan lalu, para atlet dan pelatih sudah bertemu Gubernur Abdul Wahid dan jajarannya.
Namun, dalam pertemuan tersebut, gubernur justru memberikan pernyataan yang mencederai hati dan membuat mereka kecewa.
“Bonus yang mau diberikan kepada kami dipotong 45 persen. Kami maunya 100 persen. Saat audiensi, gubernur lepas tangan. Kalau tidak mau terima, ya sudah,” kata Fajri mengutip ucapan gubernur.
Dia juga menyoroti pertemuan tersebut hanya berlangsung 30 menit. Padahal para atlet dan pelatih sudah menunggu lama.
Fajri sendiri mengaku tidak keberatan bila pemerintah mencairkan bonus 45 persen terlebih dahulu dari total bonus yang dijanjikan. Namun, sisa 55 persen harus dicairkan dengan perjanjian tertulis.
“Kami maunya dicairkan 100 persen, karena itu hak kami. Tapi kalau mau dicairkan 45 persen dulu, tidak apa-apa. Sisa 55 persen bisa diberikan pada APBD Perubahan. Namun, pemerintah tidak mau menerima tawaran kami. Kami akan menunggu APBD murni 2026, asalkan pembayarannya penuh,” ulasnya.
Fajri juga menyoroti kurangnya transparansi dari Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga Riau, Erisman Yahya terkait bonus atlet.
“Kadispora tidak memberitahu, tidak transparan kepada gubernur. Bonus atlet PON, Peparnas dan Paralimpik seharusnya disamakan dengan yang normal. Makanya, gubernur terkejut saat audiensi itu. Gubernur waktu itu tahunya cuma PON saja,” sebut Fajri.
Kekecewaan para atlet semakin mendalam saat Gubernur Wahid malah memberikan bonus kepada Rayyan Arkan Dikha (11), bocah yang viral karena “aura farming” Pacu Jalur.
Setelah viral, gubernur memberikan bonus Rp 20 juta kepada Rayyan dan mengangkatnya sebagai Duta Pariwisata Riau.
“Kami mendukung Dika mempromosikan tradisi Melayu Riau, Pacu Jalur Kuansing. Namun, kami yang sudah lama berjuang tak diberikan bonus. Ini yang kami sayangkan,” kata Fajri. (bsh)
Sumber: Kompas.com