PEKANBARU, FOKUSRIAU.COM-Kisruh masalah bonus atlit PON Riau 2024 terus berlanjut. Gubernur Abdul Wahid yang menolak membayar 100 persen bonus atlit dengan alasan keterbatasan anggaran, tampaknya akan berdampak bagi dunia olahraga Riau.
Ketua KONI Riau, Iskandar Hoesin mengatakan, persoalan bonus atlit yang tak selesai membuat pata atlet Riau memilih pindah atau eksodus ke propinsi lain.
“Ada sejumlah atlet yang mau pindah gara-gara masalah bonus ini,” kata ketua KONI Riau, Iskandar Hoesin, Rabu (16/7/2025) di Pekanbaru.
Dia tidak merinci nama atlet yang bersiap pindah tersebut. Namun beberapa provinsi tujuannya adalah Jawa Timur dan Jawa Barat. “Bahkan ada provinsi yang berani memberikan mereka uang pembinaan 6 bulan di depan,” ujar Iskandar.
Pihaknya tidak bisa menghalangi keinginan para atlet tersebut. Sebab kisruh bonus PON 2024 mempengaruhi keputusan para atlet.
Pihaknya sudah berupaya memberi pemahaman pada atlet agar tidak pindah. Namun kondisi saat ini membuat pihak tidak bisa menahan. “Mereka berhak mencari provinsi yang menghargai kerja keras mereka,” ujarnya.
Iskandar berharap, kisruh bonus PON 2024 segera menemukan solusi terbaik bagi semua pihak. Baik Pemprov Riau maupun atlet dan pelatih, meski kondisi keuangan Riau kini sedang defisit.
Sebagai informasi, polemik bonus PON 2024 bermula saat anggaran KONI mengalami pengurangan. Awalnya Rp40 miliar menjadi Rp25 miliar.
Besaran anggaran bonus Rp25 miliar ini untuk PON 2024, Peparnas 2024, Paralympic Paris 2024 dan Pra Popnas 2024.
Berdasarkan skema Dispora Riau, dengan anggaran sebesar Rp 25 miliar tersebut, maka atlet berprestasi di PON, Peparnas dan Paralympic bisa menerima Rp129 juta untuk satu medali emas.
Jumlah tersebut tentu saja masih jauh dari nominal yang diterima saat bonus PON dan Peparnas Papua 2021 yang memang sudah tertuang dalam Pergubri.
Pada PON 2021 Papua, atlet Riau menerima Rp 250 juta untuk satu medali emas. Dalam Pergubri menyebut, besaran bonus bagi atlet berprestasi di level PON maksimal Rp 300 untuk satu medali emas.
Selisih yang terlalu jauh inilah yang kemudian ditolak para atlet dan pelatih peraih medali PON 2024. Namun demikian, atlet dan pelatih Peparnas, Paralympic dan Pra Popnas secara ikhlas menerima besaran bonus tersebut. (tpc/bsh)