Gerakan Anak Coki Pacu Jalur Kuansing Viral, Kini Jadi Tren TikTok

Festival Pacu Jalur Tradisional. (Foto: Kemenparekraf)

PEKANBARU, FOKUSRIAU.COM-Pacu Jalur merupakan lomba dayung perahu panjang khas Kabupaten Kuantan Singingi (Kuansing), Riau. Beberapa pekan terakhir, Pacu Jalur mendadak viral dan menjadi sorotan dunia.

Semua karena gerakan energik seorang bocah penari dari ujung perahu yang dikenal sebagai “Anak Coki”. Aksinya kemudian viral di platform media sosial TikTok dan bebebrapa media sosial global lainnya.

Aksi menari sambil menjaga keseimbangan perahu ini tak hanya bikin kagum netizen Indonesia, tapi juga menginspirasi tren parodi hingga ke Eropa dan Asia dengan istilah yang kini populer: Aura Farming.

Dari Sungai Kuantan Menuju Dunia Maya
Gerakan lincah Anak Coki yang memutar tangan, mengayun tubuh, dan penuh percaya diri di ujung perahu Pacu Jalur menjadi pusat perhatian di TikTok. Latar lagunya? “Young Black & Rich” dari Melly Mike yang kini tak bisa dilepaskan dari tren ini.

Aksi ini dianggap memancarkan main character energy-istilah populer Gen Z untuk seseorang yang tampil penuh karisma dan dominan dalam sebuah momen.

Video-video tersebut viral tak hanya di Indonesia.Netizen dari Thailand, Korea, hingga Eropa ramai-ramai menirukan gaya Anak Coki.

Mereka membuat parodi menggunakan alat seadanya seperti sapu untuk menyerupai dayung, sementara yang lain berdiri di atas bangku sambil menari seolah di ujung perahu.

Bahkan, beberapa selebrasi gol di lapangan sepak bola dan maskot klub Eropa tertangkap kamera ikut-ikutan bergaya serupa. Pemain Paris Saint-Germain (PSG), seperti Neymar dan Achraf Hakimi, terlihat menirukan gaya ikonik bocah penari Pacu Jalur saat merayakan gol di lapangan.

Tak ketinggalan, AC Milan bahkan membuat video parodi dengan maskot mereka yang meniru gerakan serupa.

Bukan Sekadar Lomba Dayung
Pacu Jalur bukan sekadar lomba dayung, tetapi cerminan budaya dan sejarah Kuantan Singingi. Berakar dari abad ke-17, tradisi ini awalnya merupakan sarana transportasi utama di Sungai Batang Kuantan.

Perahu panjang yang disebut “jalur,” terbuat dari kayu utuh tanpa sambungan, mampu mengangkut hingga 60 orang. Kini, Pacu Jalur menjadi pesta rakyat yang menggabungkan olahraga, seni, dan nilai spiritual.

Dalam lomba, peran anak-anak di perahu sangat penting. Selain pendayung, ada “Tukang Onjai” yang mengatur ritme, “Tukang Timbo” yang menimba air, dan “Tukang Tari” yang menari di ujung perahu.

Selain menciptakan keindahan estetika, mereka berperan memberikan informasi tentang posisi haluan perahu, menjaga ritme bersama Tukang Onjai sekaligus memberikan semangat.

Gerakan mereka yang tampak sederhana membutuhkan keseimbangan luar biasa, mengingat perahu melaju kencang di sungai.

Tradisi ini juga sarat nilai spiritual dan sosial, mencerminkan solidaritas masyarakat Kuantan Singingi yang telah terjaga selama berabad-abad.

Tren Aura Farming
Menurut situs Know Your Meme, istilah “Aura Farming” pertama kali muncul pada September 2024 dan kini makin populer seiring meledaknya tren Pacu Jalur ini.

Istilah ini merujuk pada aksi atau gaya seseorang yang secara tidak langsung menunjukkan karisma tinggi—dan gaya Anak Coki dianggap mewakili hal tersebut secara sempurna.

Meski terlihat sederhana, gerakan itu sebenarnya penuh makna. Dalam konteks lomba Pacu Jalur, Anak Coki—atau Tukang Tari—memiliki peran penting: menjaga keseimbangan perahu, memberi semangat dan menjadi ikon visual sebuah tim.

Gaya mereka yang ekspresif bukan sekadar hiburan, tapi juga bagian dari tradisi berabad-abad yang sarat makna. (dtc/bsh)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *