Banner Bupati Siak

Karhutla Jadi Pengalih Isu Peredaran Narkoba? Ini Pendapat Wagub Riau

Asap mengepul akibat kebakaran di hutan di Kota Pekanbaru, Riau, Rabu (3/3/2021). (Foto: Antara/FB Anggoro)

PEKANBARU-Kebakaran hutan dan lahan atau karhutla kembali terjadi dan makin meluas di sejumlah wilayah Riau. Wakil Gubernur Brigjen TNI (Purn) Edy Afrizal Natar Nasution mengindikasikan karhutla di Riau bisa saja terjadi sebagai langkah pengalihan isu peredaran narkoba.

Menurut Edy, ada dua kemungkinan alasan kenapa kebakaran hutan sering muncul di Riau. Pertama, karena masyarakat ingin memperluas lahan perkebunan. Selain itu, ada dugaan hutan sengaja dibakar sebagai pengalihan isu peredaran narkoba melalui ‘jalan tikus’ di Riau ke luar negeri.

“Ada kasus sedikit berbeda yang pernah saya amati. Terjadi kebakaran dekat pemukiman masyarakat. Jadi dugaan saya, saat orang sibuk dengan Karhutla, ini pelaku narkoba di jalan tikus mencoba mengalihkan perhatian dengan cara membakar,” kata Edy dalam Rapat Koordinasi Nasional Penanggulangan Bencana Tahun 2021 di Youtube BNPB, Jumat (5/3/2021) di Pekanbaru.

Edy mengatakan, ada tiga pulau terluar di Riau yang berbatasan langsung dengan Malaysia, yakni Kepulauan Meranti, Pulau Bengkalis, dan Pulau Rupat. Tiga pulau ini lah yang diduga sebagai ‘jalan tikus’ peredaran narkoba.

Terkait dugaan peredaran narkoba ini, kata Edy, pihaknya sudah berkoordinasi dengan Polda Riau untuk menindaklanjuti. Ia juga meminta masyarakat melihat kasus Karhutla di Riau secara berbeda dengan kasus kebakaran hutan lainnya.

Mengingat adanya kemungkinan dugaan pengalihan isu peredaran narkoba tersebut. “Sehingga saya lihat kasus di Riau sedikit berbeda dengan kasus sebelumnya. Satgas fokus semua ke karhutla, lolos mereka dan ini sudah saya sampaikan ke kepolisian. Sehingga razia-razia narkoba itu harus diperketat,” ucap Edy.

Meski demikian, Edy tidak memungkiri ada “tangan jahil” yang ingin membakar hutan demi keuntungan ekonomi. Opsi tersebut dipilih, karena upaya perluasan lahan dengan cara membakar hutan lebih murah biayanya ketimbang membabat dengan ekskavator.

“Kalau kita lihat permasalahan yang ada di Riau itu sebagian besar diakibatkan oleh tangan jahil manusia yang sebenarnya latar belakangnya beda-beda, ada yang memang untuk kepentingan secara ekonomis ada juga kepentingan lain seperti membuat suatu perhatian, seperti peredaran narkoba tadi,” tuturnya.

Sebelumnya, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) dan sejumlah lembaga menerapkan teknologi modifikasi cuaca (TMC) untuk memadamkan karhutla yang meluas di Provinsi Riau.

Mengutip situs SiPongi, periode 23 Februari-1 Maret 2021, titik api di Riau hanya berjumlah dua. Angka ini menurun dari periode 16-22 Februari sebanyak 31 titik api.

Namun Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Riau memprediksi, karhutla di Riau masih akan terus berlanjut hingga Idul Fitri atau Mei 2021. Alasannya, faktor utama karhutla dinilai belum dibenahi dan berkaca pada karhutla setiap tahunnya. (*)


Sumber: CNNIndonesia

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *