“Kita sekarang hanya ada 3 channel, yakni membatasi jumlah pengunjung yang datang langsung ke Showroom, kedua melalui virtual expo atau website Toyota; ketiga, pelayanan melalui kontak telepon atau whatsapp dan memanfaatkan database yang dimiliki untuk mempromosikan,” ujarnya.
Penjualan Digital
Sementara prospek dari digital cukup menjanjikan, dimana sebelum adanya Covid-19 prospek yang dihasilkan hanya 15-20 persen saja, sedangkan setelah pandemi prospek digitalisasi meningkat 40-50 persen. Artinya, minat masyarakat untuk memiliki kendaraan masih tinggi.
Disamping itu, Anton menyebutkan masih ada kendala dalam penerapan digitalisasi di semua cabang perusahaan seperti di dealer-dealer dan lainnya. Pada awal-awal peralihan cara kerja menjadi digital dalam melayani konsumen, para dealer dan lainnya mengalami kesulitan.
“Kendalanya, sebenarnya bukan berarti selama ini kami tidak melakukan digitalisasi. Tapi kami sudah melakukan dan kami sudah memproyeksikan pengembangan ini sampai 2 sampai 3 tahun kedepan tapi dengan adanya pandemi ini rencana 2-3 tahun kedepan itu harus dipercepat. Sehingga dealer Kami harus belajar atau menyesuaikan bagaimana berkomunikasi bernegosiasi menjelaskan produk melalui dunia digital,” tukasnya. (*)
Editor: Boy Surya Hamta
Sumber: Liputan6