Waspada! Puncak Musim Kemarau di Riau Diprediksi Juni-Juli

Waspada puncak musim kemarau di Riau yang diprediksi terjadi bulan Juni-Juli. (Foto: Kolase)

PEKANBARU, FOKUSRIAU.COM-Musim kemarau yang mulai melanda wilayah Riau diprediksi akan mencapai puncaknya medio Juni-Juli mendatang.

Prakirawan BMKG Stasiun Sultan Syarif Kasim (SSK) Pekanbaru, Bibin S mengatakan, meski terjadinya musim kemarau berbeda di setiap kabupaten, namun sebagian besar wilayah Riau kini sudah mulai merasakannya.

“Contohnya di Kampar. Awal kemarau terpantau terjadi pada dasarian 1 dan 2 Juni dan diperkirakan puncaknya mulai pertengahan Juni hingga Juli,” ujar Bibin, Senin (21/4/2025).

Dikatakan, durasi musim kemarau di Riau bervariasi antara 3 sampai 6 dasarian atau sekitar 1 hingga 2 bulan.

Kata Bibin, secara umum suhu udara di Riau memang meningkat selama periode ini, namun belum mencapai kategori ekstrem.

“Suhu tertinggi yang tercatat sejauh ini adalah 35 derajat Celsius, dan itu masih dalam kategori normal untuk wilayah Riau di musim kemarau,” ulasnya.

Meski tidak ekstrem, masyarakat tetap diimbau untuk mewaspadai dampak dari suhu tinggi, terutama risiko dehidrasi dan gangguan kesehatan akibat paparan panas berlebih.

“Cuaca panas ini bisa memicu kelelahan hingga dehidrasi jika tidak diantisipasi dengan baik,” katanya.

Untuk itu, BMKG mengimbau masyarakat selalu membawa persediaan air minum, menggunakan pakaian yang longgar dan menyerap keringat, serta menghindari penggunaan jaket atau pakaian tebal saat beraktivitas di luar ruangan.

Selain itu, masyarakat diminta terus memantau informasi cuaca terkini melalui media sosial resmi atau situs web BMKG guna mengantisipasi perubahan kondisi cuaca yang cepat.

“Informasi cuaca dan iklim akan terus kami perbarui secara rutin. Masyarakat bisa mengeceknya langsung di kanal resmi BMKG,” tukasnya.

Ditambahkan, meskipun curah hujan telah menurun secara signifikan di banyak wilayah, potensi hujan lokal tetap ada, terutama di sore atau malam hari. Maka itu, kewaspadaan tetap diperlukan, terutama di wilayah-wilayah rawan kekeringan maupun kebakaran lahan. (tpc/bsh)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *