TANJUNGPINANG, FOKUSRIAU.COM-Badan Pusat Statistik (BPS) Kepulauan Riau mengidentifikasi keberadaan kedai kopi sebagai motor utama penggerak roda perekonomian di Kota Tanjungpinang.
Pernyataan ini disampaikan Kepala BPS Kepri, Margaretha Ari Anggorowati, Selasa (5/11/2025) saat sosialisasi Sensus Ekonomi 2026 di Tanjungpinang.
Dikatakan, budaya “ngopi” yang mengakar kuat di masyarakat lokal menjadi faktor pendorong utama.
Dengan jumlah lebih dari 600 kedai kopi yang tersebar, sektor ini bersama bazar UMKM, event wisata serta stan jajanan, menjadi katalis penting bagi kebangkitan ekonomi Kota Tanjungpinang.
Margaretha menjelaskan, keberadaan lebih dari 600 kedai kopi di Tanjungpinang bukan sekadar tempat minum, melainkan pusat interaksi sosial dan transaksi ekonomi.
Budaya “ngopi” yang kuat di kalangan masyarakat telah menciptakan permintaan yang stabil dan berkelanjutan.
Selain kedai kopi Tanjungpinang, potensi ekonomi kota ini juga ditopang oleh sektor usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) serta industri kecil dan menengah (IKM).
Sektor-sektor ini menjadi tulang punggung bagi banyak warga lokal untuk mencari nafkah dan mengembangkan usaha.
Bazar-bazar UMKM, berbagai event wisata dan stan jajanan turut berperan penting dalam memutar roda ekonomi.
Mereka menyediakan platform bagi pelaku usaha kecil untuk menjangkau konsumen dan memperkenalkan produk-produk lokal yang beragam.
Aparatur Sipil Negara (ASN) di Tanjungpinang juga menjadi target pasar yang signifikan. Kehadiran mereka sebagai konsumen dengan daya beli yang stabil memberikan dukungan tambahan bagi kelangsungan usaha-usaha lokal, termasuk kedai kopi dan UMKM.
Pertumbuhan Ekonomi Positif di Tengah Tantangan Unik
Capaian ekonomi Kota Tanjungpinang memiliki karakteristik yang berbeda dibandingkan dengan daerah lain seperti Kabupaten Bintan atau Kota Batam.
Margaretha menekankan, perbandingan langsung tidak dapat dilakukan karena perbedaan sektor utama penggerak ekonomi.
Sementara Bintan dan Batam dikenal dengan kawasan industri dan pariwisata berskala besar, kekuatan ekonomi Tanjungpinang justru terletak pada UMKM dan IKM. Kota berjuluk “Kota Gurindam” ini tidak memiliki industri besar, namun tetap mampu menunjukkan resiliensi.
Meskipun tanpa industri berskala besar, ekonomi Tanjungpinang berhasil menunjukkan pertumbuhan yang impresif.
“Meski tidak ada industri dalam skala besar, ekonomi Tanjungpinang terus tumbuh. Dari minus 3,45 persen pada saat pandemi COVID-19, kini bergerak positif ke angka 3,78 persen,” ungkap Margaretha.
Angka pertumbuhan positif ini menjadi bukti bahwa strategi ekonomi yang berfokus pada kekuatan lokal, seperti kedai kopi dan UMKM, efektif dalam mendorong pemulihan dan perkembangan daerah. Ini menunjukkan adaptasi yang baik terhadap kondisi ekonomi global.
Sensus Ekonomi 2026: Landasan Kebijakan Pembangunan
Untuk mendapatkan gambaran yang lebih akurat dan komprehensif mengenai struktur ekonomi daerah, BPS akan melaksanakan Sensus Ekonomi 2026.
Sensus ini diharapkan dapat menyajikan data ekonomi Tanjungpinang secara riil dan terperinci.
Data statistik dasar yang dihasilkan oleh BPS akan diperkuat dengan data statistik sektoral yang dibangun oleh Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) Kota Tanjungpinang. Sinergi ini penting untuk menciptakan basis data yang lengkap.
Informasi yang akurat dan lengkap dari Sensus Ekonomi 2026 akan menjadi dasar penting bagi pemerintah daerah. Data ini akan dipergunakan dalam penyusunan program dan kebijakan pembangunan ekonomi yang lebih tepat sasaran dan efektif.
Margaretha menegaskan komitmen BPS untuk bersinergi dengan Pemerintah Kota Tanjungpinang demi kesuksesan pelaksanaan Sensus Ekonomi 2026. Tujuannya adalah menghasilkan data yang akurat untuk peningkatan perekonomian daerah secara berkelanjutan. (bsh)
Sumber: AntaraNews
