PEKANBARU-Kacamata anti-cahaya biru atau Blue light glasses kini tengah populer di banyak orang. Salah satu pasalnya, kacamata ini diklaim dapat membantu menjaga kesehatan mata dari kebiasaan menatap layar perangkat elektronik dalam waktu lama.
Berbagai gangguan pada mata menjadi masalah kesehatan ‘kekinian’ yang disebabkan kebiasaan orang-orang masa kini menghabiskan aktivitas hampir sepenuhnya di depan layar. Cahaya biru pada layar gawai disebut-sebut memicu mata yang terasa lelah dan tegang hingga sulit tidur.
Kacamata anti-radiasi itu konon hadir sebagai solusi. Kacamata itu pada dasarnya bekerja dengan memblokir atau menyaring cahaya biru yang berasal dari layar perangkat elektronik, baik ponsel pintar, laptop, ataupun televisi.
Tapi, apakah kacamata anti-cahaya biru benar-benar berfungsi melindungi mata? Kacamata anti-cahaya biru terbilang ‘anak baru’ dalam produk kesehatan mata yang beredar di pasaran. Hingga saat ini belum ada penelitian yang menunjukkan efektivitasnya.
Food and Drug Administration (FDA) Amerika Serikat juga tak mengatur peredaran kacamata tersebut karena tidak dipasarkan sebagai perangkat medis. Sejumlah organisasi yang bergerak di bidang kesehatan mata meragukan klaim manfaat kacamata anti-cahaya biru.
American Academy of Ophthalmology (AAO), misalnya, yang mengatakan bahwa kacamata tersebut belum dibutuhkan oleh masyarakat. Mereka tidak merekomendasikan kacamata khusus apa pun untuk mengatasi masalah mata akibat terlalu lama menatap layar gawai.
Alih-alih menganjurkan, AAO justru mengatakan bahwa cahaya biru tidak memicu penyakit apa pun pada mata. Keluhan umumnya muncul saat seseorang terlalu sering menggunakan perangkat elektronik.
“Gejala-gejala digital eye strain disebabkan oleh bagaimana kita menggunakan perangkat elektronik, bukan karena cahaya birunya sendiri,” ujar AAO.