Oleh: Resi Putri Handayani”
DEWASA ini, banyak sekali terjadi tindak kejahatan yang memalukan negeri ini. Seperti suap, korupsi dan lain sebagainya. Namun yang membuat masyarakat bingung dan anehnya para pelaku tindakan kejahatan itu adalah orang —orang pintar yang bergelarkan sarjana dari berbagai lulusan universitas yang ternama.
Melihat fenomena-fenomena tersebut, sepertinya ada yang salah degan pola pendidikan formal di Indonesia dan harus dikaji ulang.
Jika diamati dengan cermat, pola pendidikan kita saat ini hanya mengajarkan ilmu-ilmu dunia, sehingga banyak menghasilkan orang-orang yang pintar tetapi sayangnya mereka tidak terdidik dan tak mempunyai akhlak yang baik, bahkan memiliki budi pekerti yang lemah.
Akibatnya, orang-orang pintar tersebut malah menjadi bejat, koruptor dan cenderung menindas kaum yang lemah. Padahal seharusnya merekalah yang menjadi penolong dan pemimpin yang baik untuk menciptakan kemaslahatan bagi orang banyak.
Terlebih lagi, saat ini banyak sekali orang-orang yang berpendidikan tinggi dan mengaku beragama, tetapi tindakan mereka sangat memalukan dan meresahkan masyarakat sekitar. Contohnya saja seperti oknum Anggota Dewan yang “katanya” terhormat, tetapi banyak yang tertangkap tangan melakukan korupsi atau penyuapan. Dan parahnya lagi tindakan tersebut dilakukan secara bersama-sama dengan teman-teman mereka yang juga “katanya” terhormat.
Dan lebih mirisnya lagi, saat tertangkap oleh pihak berwajib, mereka malah dengan tenang dan melemparkan senyum yang lebar kepada masyarakat. Seolah-olah mereka senang dengan apa yang mereka perbuat, bukankah mereka malu dengan tindakan tersebut.
Apakah mereka tidak mengetahui atau tidak pernah diajari bahwa memakan uang yang bukan haknya adalah perbuatan dosa yang sangat dibenci Allah SWT dan haram hukumnya bagi mereka dan kelurganya.
Memang para oknum itu sudah kehilangan akal sehat dan bahkan ada saja orang yang jelas-jelas terjerat kasus korupsi yang menjadi ketua atau pemimpin suatu instansi. Bukankah ini sangat memalukan?
Oleh karena itu, sistem pendidikan formal yang ada saat ini harus segera direvisi dengan tidak hanya mementingkan hasil, tetapi lebih mementingkan suatu proses untuk mencapai suatu keberhasilan, agar tidak lagi mencetak orang-orang pintar yang memintari, bukannya orang-orang pintar yang mendidik. (*)
Penulis adalah Mahasiswa Komunikasi Penyiaran Islam (KPI) UIN Imam Bonjol Padang