Oleh: Yanto Budiman*
Mantan Gubernur Riau, Syamsuar kembali mencalonkan diri di Pemilihan Gubernur (Pilgub) Riau 2024. Langkah politiknya itu kemudian menciptakan gelombang kritik dan kekecewaan berbagai kalangan masyarakat.
Dilihat dari perspektif sosial politik, keputusannya untuk maju kembali dianggap tidaklah tepat dan pantas dipertanyakan.
Selama menjabat sebagai Gubernur Riau, Syamsuar dikenal tidak mampu meninggalkan warisan atau legacy yang signifikan bagi masyarakat Riau.
Kegagalan politiknya tercermin dari minimnya keberhasilan partainya, Golkar dalam memenangkan kursi kepala daerah di Riau, dengan hanya dua dari 12 kabupaten/kota yang berhasil direbut oleh partainya.
Kinerja pemerintahannya juga dinilai buruk, terutama dalam hal penanganan proyek-proyek fisik yang seringkali bermasalah.
Salah satu contoh yang mencolok adalah proyek pembangunan Mesjid Raya An-Nur di Pekanbaru, yang menghabiskan anggaran publik dalam jumlah yang cukup besar.
Proyek ini menuai kontroversi, karena adanya masalah teknis, seperti payung elektrik yang bermasalah dan diduga tidak sesuai standar.
Penanganan kasus ini oleh Kejaksaan Tinggi Riau, bahkan tidak mencapai titik terang dan menimbulkan keraguan akan transparansi dan akuntabilitas pemerintahan di bawah kepemimpinan Syamsuar.
Kritik lain yang dialamatkan kepada Syamsuar adalah ketidakmampuannya untuk memiliki visi yang konkret dan terukur. Janji-janji kampanye yang diusungnya, seperti pembangunan “Riau Green” atau “Riau Hijau”, ternyata hanya sebatas retorika kosong yang tidak diwujudkan secara nyata selama satu periode kepemimpinannya.
Mantan bupati Siak dua periode ini juga memiliki kelemahan dalam konteks komunikasi publik. Padahal sebagai seorang pemimpin, komunikasi merupakan salah satu hal penting dalam menjaga hubungan baik dengan semua elemen masyarakat.
Melalui komunikasi yang terbuka setiap permasalahan yang muncul pasti dapat diselesaikan dengan baik.
Selain itu, Syamsuar juga dinilai anti kritik. Ketua Partai Golkar Riau ini seringkali “merajuk” manakala kebijakannya dikritik media. Padahal kritik bagi seorang pemimpin sangat penting untuk dijadikan sebagai pelecut dalam menjalankan tugas tugas kerakyatan yang diembannya.
Dengan catatan hitam dan kegagalan yang melekat pada rekam jejaknya, keputusan Syamsuar untuk kembali mencalonkan diri dalam Pilkada Gubernur Riau 2024 patut dipertanyakan oleh masyarakat.
Diperlukan pemimpin yang memiliki integritas, kompetensi, dan dedikasi yang tinggi untuk membawa kemajuan dan kesejahteraan bagi Riau ke depannya, bukan sekadar politisi yang terjebak dalam siklus kegagalan dan janji-janji kosong.
Maju Pileg
Enam bulan sebelum masa jabatan Syamsuar berakhir, DPP partai Golkar memerintahkan dirinya untuk maju dalam pemilihan legislatif 2024. Banyak orang yang menilai ini semacam “testing the water” atau test ombak, apakah Syamsuar masih punya surplus politik atau tidak.
Dan ternyata Syamsuar yang bertarung di dapil Riau 1 lolos ke Senayan dengan meraih suara terbanyak.
Namun kemenangan ini bukan lah hal yang menggembirakan bagi Syamsuar. Justru menjadi beban berat karena dia harus mundur dari caleg terpilih jika maju di Pilkada Gubernur Riau.
Masalah muncul ketika Ketua KPU Hasyim Asy’ari mengumumkan caleg terpilih tidak harus mundur jika ingin maju Pilkada Gubernur Riau. Syamsuar pun langsung berubah pikiran dan langsung menyatakan maju. Dia terjebak dalam konteks ini.
Waktu terus berjalan. Syamsuar pun mulai melakukan lobi-lobi politik dengan partai partai politik. Namun hingga saat ini belum ada satupun partai yang menyatakan sikap untuk berkoalisi dengan partai Golkar yang menjadi rumah politik Syamsuar dalam kontestasi Pilgubri tahun ini.
PKS yang dia coba dekati belum memberikan sinyal baik. Sebab bukan hanya Syamsuar yang ingin berkoalisi dengan PKS, masih ada sosok lain yang lebih berpotensi untuk didukung PKS, yakni Edy Natar Nasution yang merupakan kader partai Nasdem.
Jika partai Nasdem sudah pasti mengusung Edy Natar Nasution maka kemungkinan besar PKS akan ikut dengan catatan calon wakil Gubernur nya harus kader PKS. (*)
* Penulis adalah wartawan senior/ Wakil Pimpinan Umum berazamcom dan Ketua Pro Jurnalismedia Siber (PJS) Riau