Oleh : Boy Surya Hamta*
Pemilihan Gubernur Riau atau Pilgubri kian dekat. Sejumlah tokoh politik juga kian gencar bergerilya meraih dukungan partai, demi tiket maju 27 November 2024 dan merebut kursi gubernur.
Syamsuar, Edy Natar Nasution, Muhammad Nasir dan Abdul Wahid merupakan empat calon kuat yang siap bertarung sebagai bakal calon Gubernur Riau. Belakangan, muncul nama Pj Gubernur Riau SF Hariyanto dan politisi senior PDI Perjuangan, Mimi Lutmila yang elektabilitas dan populeritasnya kian menguat di masyarakat.
Mereka memutuskan maju di Pilgubri bukan tanpa alasan. Selain optimis dengan modal elektabilitas, popularitas dan kinerja yang ditunjukan selama ini, mereka tentu juga memiliki dukungan financial dan koneksi yang baik sampai ke tingkat pusat.
Untuk maju sebagai bakal calon di Pilgubri 2024, tentu saja setiap mereka harus mampu meraih dukungan partai. Mengacu kepada syarat pencalonan dari partai politik atau gabungan partai politik tentu sudah diatur dalam Pasal 40 Undang-undang Nomor 10 Tahun 2016 tentang Pilkada.
Dimana, setiap pasangan calon atau paslon yang akan diusung harus memenuhi persyaratan raihan paling sedikit 20 persen dari jumlah kursi DPRD. Adapun total kursi di DPRD Riau berdasarkan hasil Pemilu 2024 sebanyak 65 kursi.
Dengan demikian, sesuai syarat pendaftaran pasangan calon gubernur dan wakil gubernur Riau minimal harus memperoleh dukungan 13 kursi atau 20 persen dari total kursi DPRD Riau yang berjumlah 65 kursi.
Saat ini, 65 kursi DPRD Riau terdiri dari PDIP 11 kursi, Golkar 10 kursi, PKS 10 kursi, Gerindra 8 kursi, Demokrat 8 kursi, PKB 6 kursi, Nasdem 6 kursi, PAN 5 kursi dan PPP 1 kursi.
Berebut Dukungan Partai
Sejauh ini, para calon kian gencar bergerilya mendapatkan dukungan partai dan berharap bisa diusung sebagai bakal calon, meski ada juga yang sudah memiliki modal partai.
Syamsuar salah satunya. Mantan Gubernur Riau tersebut merupakan Ketua DPD Partai Golkar Riau. Saat ini, Golkar memiliki 10 kursi dan artinya, Syamsuar hanya butuh 3 kursi saja untuk maju di Pilgubri. Karena itu, Bupati Siak dua periode tersebut terus membangun komunikasi dengan beberapa partai, termasuk PKS yang memiliki 10 kursi di DPRD Riau.
Untuk bisa mendapatkan hati PKS, Syamsuar menggandeng Ustadz Mawardi sebagai calon wakil gubernur. Bahkan, keduanya sudah bertemu dengan Ketua Dewan Syuro PKS Salim Assyegaf, beberapa waktu lalu di Jakarta.
Meski demikian, wacana koalisi Golkar dan PKS masih belum final dan bisa saja disalip Edy Natar Nasution. Sebab, mantan Gubernur Riau itu juga tengah intens membangun komunikasi dengan PKS. Bahkan, beberapa waktu lalu, Edy Natar juga sudah bertemu langsung dengan presiden PKS, M Syaikhu.
Ketua Dewan Pakar Partai Nasdem ini bukan tanpa modal merapat ke PKS. Selain dukungan dari Nasdem, Edy Natar juga sudah mengantongi rekomendasi calon gubernur dari DPP PAN. Bila kemudian Nasdem, PKS dan PAN sepakat mendukung Edy Natar, tentu saja ini akan menjadi koalisi besar di Pilgubri dengan total 21 kursi.
Namun, hal ini tentu juga belum final. Sebab, PAN sendiri juga sudah mengeluarkan rekomendasi kepada calon gubernur Muhammad Nasir. Anggota DPR RI itu mengklaim sudah mengantongi dukungan dari Demokrat dan Gerindra.
Bila kemudian PAN menyatakan dukungan kepada dirinya, tentu koalisi Demokrat, Gerindra dan PAN akan mengantongi 21 kursi dan juga memiliki potensi menjadi jawara di Pilgubri nanti.
Kemudian yang layak diperhitungkan adalah munculnya wacana Pj Gubernur Riau SF Hariyanto yang juga maju dan berpasangan dengan Ketua DPW PKB Riau, Abdul Wahid.
Saat ini, keduanya baru memiliki potensi dukungan 6 kursi dari PKB. Tentunya, untuk maju ke Pilgubri mereka harus bisa menarik dukungan partai lainnya untuk mencukupi kuota 13 kursi.
Menariknya, PDI Perjuangan sebagai salah satu partai dengan kursi terbanyak di DPRD Riau saat ini masih belum menentukan tokoh yang akan diusung. Dua kader utamanya, Zukri Misran dan Kasmarni yang berpotensi didorong, malah memilih maju sebagai Bupati di Pelalawan dan Bengkalis dengan status sebagai petahana.
Padahal, dengan modal 11 kursi PDIP masih perlu teman koalisi. PDIP sendiri juga masih memiliki kader seniornya Hj. Mimi Lutmila S.SI. Saat bertarung di DPD RI pada pileg lalu, Mimi mengantongi 128 ribu suara. Tentu ini juga bukan hasil yang bisa dianggap enteng dan memiliki potensi besar untuk diusung.
Namun, tentu semua bergantung kepada putusan DPP PDI Perjuangan dalam menentukan arah politiknya di Riau, apakah akan memberikan dukungan kepada kadernya atau malah memilih mendukung pasangan lain.
Yang jelas, dinamika politik di Riau menjelang Pilgubri masih akan terus berubah dan suhu politik dari hari ke hari juga semakin meningkat. Kejutan demi kejutan nampaknya juga akan terjadi menjelang penetapan calon oleh KPU tanggal 22 September mendatang. (*)
*Penulis merupakan editor FokusRiau.Com dan Sekretaris DPD Pro Jurnalismedia Siber (PJS) Riau