Oleh: DR Aqua Dwipayana*
HINGGA Senin, 31 Maret 2025, dan hari sebelumnya sekira 2 miliar umat muslim di seluruh dunia termasuk di Indonesia merayakan hari kemenangan.
Hari Raya Idul Fitri 1 Syawal 1446 H. Setelah sebulan melaksanakan puasa di bulan Ramadan.
Di hari yang fitri ini seharusnya mereka bersuka cita. Berbahagia bersama keluarga dan saudaranya masing-masing. Saling mengunjungi sambil bermaaf-maafan.
Realitanya tidak semua umat muslim seperti itu. Banyak yang berduka. Penyebabnya beragam. Ada yang kehilangan keluarganya karena korban perang seperti di Gaza dan belahan dunia lainnya.
Ada juga yang sakit sehingga tidak bisa merayakan lebaran bersama keluarga dan saudara-saudaranya. Bahkan persis di saat lebaran ada yang meninggal.
Sebelumnya menjelang lebaran banyak yang mengalami pemutusan hubungan kerja (PHK). Selain tidak mendapatkan gaji, ada haknya yang lain tidak diperoleh yakni berupa pesangon.
Data Kementerian Tenaga Kerja (Kemnaker) selama tahun ini sejak Januari hingga Maret 2025 sebanyak 12.395 orang mengalami PHK. Jumlahnya diperkirakan terus bertambah.
Sebelumnya sepanjang Januari – Desember 2024 terdapat 77.965 orang tenaga kerja yang ter-PHK. Jumlah ini meningkat dibandingkan PHK karyawan tahun 2023 yang mencapai 64.855 orang.
DKI Jakarta menjadi provinsi dengan jumlah PHK karyawan terbanyak pada 2024 yaitu 17.085 orang pekerja. Setelah itu diikuti oleh Jawa Tengah sebanyak 13.130 orang dan Banten sebanyak 13.042 orang.
Pada 2025 ini banyak perusahaan besar yang mem-PHK karyawannya. Di antaranya PT Sri Rejeki Isman Tbk atau Sritex beserta anak usahanya PT Sinar Pantja Djaja, PT Bitratex Industries, dan PT Primayudha Mandirijaya. Juga PT Sanken Indonesia, PT Yamaha Music Product Asia, PT Yamaha Indonesia, PT Adis Dimension Footwear, PT Victory Ching Luh Indonesia, dan PT Danbi International.
Membantu Sesuai Kemampuan
Semua yang mendapat cobaan, bersama keluarga dan saudara-saudaranya berduka. Ada perasaan sedih yang mendalam. Apalagi mengalami PHK menjelang lebaran, saat kebutuhan rumah tangga meningkat.
Meski tidak merasakan semua cobaan itu, kita berempati kepada mereka. Membayangkan kesedihan mendalam yang mereka rasakan.
Di saat banyak orang bergembira merayakan kemenangan, mereka bersama keluarga dan saudara-saudaranya berduka.
Semampu kita agar membantu mereka. Minimal mendoakan supaya mereka tabah. Selain itu meyakinkan mereka bahwa TUHAN tidak akan memberi cobaan di luar batas kemampuan manusia.
Semoga segera ada jalan keluar terbaik untuk mereka sehingga dapat kembali bergembira bersama keluarga tercinta. Aamiin ya robbal aalamiin…
(Dalam perjalanan dari Demak ke Salatiga, saya ucapkan selamat mendoakan dan menghibur mereka yang sedang mengalami cobaan. Salam hormat buat keluarga. (*)
Penulis adalah Pakar Komunikasi dan Motivator Nasional