Harga Minyak Dunia Anjlok 5 Persen Lebih, Ternyata Ini Penyebabnya!

Harga minyak mentah dunia turun. (Foto: Freepik/Artphoto_studio)

PEKANBARU, FOKUSRIAU.COM-Harga minyak dunia anjlok sampai USD 5 per barel atau di atas 5 persen pada perdagangan rabu. Penyebabnya, permintaan bahan bakar suram akibat gambaran pertumbuhan ekonomi makro yang tidak sesuai harapan.

Mengutip CNBC, Kamis (5/10/2023), harga minyak mentah berjangka Brent turun 5,11 atau 5,6 persen menjadi USD 85,81 per barel. Sementara harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) turun USD 5,01 atau 5,6 persen menjadi USD 84,22 per barel.

Kedua patokan harga minyak mentah dunia ini sempat turun lebih dari $5 dan minyak pemanas serta bensin berjangka juga turun lebih dari 5 persen. Harga minyak mentah telah turun sekitar USD 10 sejak minggu lalu.

Menurut laporan Badan Informasi Energi AS (EIA), pasokan bensin yang mewakili permintaan minyak mentah, turun pekan lalu menjadi sekitar 8 juta barel per hari, terendah sejak awal tahun ini.

Direktur Energi Berjangka Mizuho, Bob Yawger menjelaskan, sejumlah penyebab kehancuran permintaan minyak mentah disebabkan oleh hujan deras yang membawa banjir ke New York pada Jumat lalu.

Selain itu, pasca badai tropis Ophelia yang mengguyur Timur Laut dengan hujan lebat pada akhir September juga menjadi salah satu penekan harga minyak.

Menurut analis komoditas JP Morgan, secara musiman konsumsi bensin AS berada pada level terendah dalam 22 tahun.

Para analis mencatat, lonjakan harga bahan bakar sebesar 30 persen pada kuartal III kemarin justru menekan permintaan, mengakibatkan penurunan musiman sebesar 223.000 barel per hari.

Stok bensin naik 6,5 juta barel, jauh melebihi ekspektasi kenaikan 200.000 barel. Stok minyak mentah nasional AS turun 2,2 juta barel menjadi 414,1 juta barel dalam sepekan hingga 29 September, namun stok di Cushing, Oklahoma, pusat pengiriman WTI, naik untuk pertama kalinya dalam delapan minggu.

Keputusan Arab Saudi dan Rusia
Kementerian Energi Arab Saudi menegaskan, pihaknya akan melanjutkan pengurangan pasokan minyak mentah secara sukarela sebesar 1 juta barel per hari (bpd) hingga akhir tahun.

Sementara Rusia akan melanjutkan pengurangan ekspor minyak mentah sebesar 300.000 barel per hari, dan pada bulan November akan meninjau kembali pengurangan produksi sukarela sebesar 500.000 barel per hari pada bulan April.

Tapi crack spread, yang merupakan proksi margin penyulingan, turun di bawah USD 20 per barel pada hari Rabu ke level terendah dalam sekitar 1,5 tahun.

Presiden Ritterbusch and Associates Galena Illinois Jim Ritterbusch menjelaskan, penurunan margin ini menunjukkan tingginya harga dan suku bunga membatasi pembelian persediaan minyak mentah dan meningkatkan kemungkinan resesi.

“Hal ini dapat memaksa melemahnya permintaan lebih lanjut yang mungkin tidak dapat dilawan oleh Saudi dan Rusia melalui pengurangan produksi tambahan,” kata Ritterbusch seperti dilansir FokusRiau.Com dari liputan6.com. (bsh)

Exit mobile version