PEKANBARU, FOKUSRIAU.COM-Menjelang berakhirnya tahun 2023, Starbucks mengaku telah kehilangan nilai pasar hampir 11 miliar dolar. Ini terjadi akibat dampak dari aksi boikot sebagai bentuk dukungan masyarakat terhadap Palestina.
Untuk mengatasi kerugian yang sudah diperkirakan Starbucks dan menjelang hari libur, perusahaan itu mengumumkan Hari Piala Merah; strategi pemasaran yang memberikan konsumen kesempatan untuk menerima cangkir liburan gratis yang dapat digunakan kembali pada setiap pembelian.
Namun, sejak pengumuman promosi tersebut pertengahan November, Starbucks mengalami penurunan saham sebesar 8,96 persen atau setara dengan kerugian sebesar 10,98 miliar dolar. Ini merupakan kerugian terendah yang pernah dialaminya sejak tahun 1992.
Ini disebabkan seruan global baru-baru ini untuk memboikot merek dan waralaba yang secara langsung atau tidak langsung telah menguntungkan Israel secara ekonomi.
Serikat pekerja Starbucks transparan dalam mendukung Palestina, ketika Israel melancarkan genosida di Gaza bulan Oktober, dan mengambil kesempatan untuk menuntut kondisi kerja yang lebih baik, termasuk penjadwalan dan kebebasan untuk menegosiasikan kontrak.
Sejak itu, pemogokan karyawan terjadi secara konsisten. Akibatnya, merek tersebut menyadari bahwa reputasinya dipertaruhkan.
Meskipun mengalami kerugian baik secara ekonomi maupun sosial, CEO Starbucks Laxman Narasimhan yakin Starbucks dapat mengembalikan citranya dan bangkit dari tantangan makroekonomi yang dihadapinya.
Namun, statistik menunjukkan sebaliknya, karena upaya waralaba tidak konsisten dengan hasil yang mereka peroleh pada tahun-tahun sebelumnya.
Misalnya, tahun lalu, Hari Piala Merah menghasilkan peningkatan konsumsi sebesar 81 persen dibandingkan peningkatan konsumsi tahun ini yang hanya sebesar 31,7 persen.
Starbucks gugat serikat pekerja
Bulan Oktober, Starbucks mengajukan gugatan terhadap serikat pekerja mereka atas postingan yang dibagikan di X sebagai solidaritas terhadap Palestina.
Dua hari setelah Operasi Banjir Al-Aqsa dan setelah perang Israel di Gaza, Serikat Pekerja Starbucks memposting “Solidaritas dengan #Palestina!” di X, sebelumnya dikenal sebagai Twitter.
Workers United mengatakan dalam gugatannya bahwa para pekerja memasang tweet tersebut tanpa izin dari pemimpin serikat pekerja. Postingan tersebut muncul sekitar 40 menit sebelum dihapus.
Starbucks mengajukan gugatan federal di Iowa terhadap #WorkersUnited, dengan tuduhan bahwa postingan media sosial pro-Palestina dari akun serikat pekerja mengecewakan banyak pelanggan dan merusak citra perusahaan.
Starbucks menggugat pelanggaran merek dagang, menuntut agar Workers United berhenti menggunakan nama “Starbucks Workers United” untuk kelompok yang mengorganisir para pekerja perusahaan kopi tersebut.
Starbucks juga ingin grupnya berhenti menggunakan logo melingkar berwarna hijau yang menyerupai logo Starbucks. (bsh)