PEKANBARU, FOKUSRIAU.COM-Keberadaan harimau Sumatera terancam punah, karena terdesak alih fungsi lahan yang memicu kebakaran hutan dan lahan atau karhutla dan perburuan.
Bila upaya konservasi terus melemah, maka keberadaan harimau Sumatera bisa menyusul harimau Jawa dan Bali yang kini sudah dinyatakan punah.
“Penyempitan kawasan hutan akibat aktivitas ilegal yang memicu karhutla dan aktivitas perburuan untuk tujuan komersil, berdampak pada penurunan populasi harimau Sumatera,” kata Yoppy, Direktur Eksekutif Perkumpulan Wahana Mitra Mandiri (WMM), Selasa (30/7/2024).
Dikatakan, tantangan dalam konservasi harimau berupa menyempitnya ruang jelajah dari berbagai tipe kawasan hutan.
Untuk mencegah kepunahan harimau Sumatera, menurut Yoppy, dibutuhkan aksi bersama dalam upaya konservasi melalui pelestarian dan pemulihan ekosistem kawasan hutan dari berbagai fungsi.
“Yang tak kalah penting mencegah perburuan dan perdagangan gelap harimau Sumatera,” katanya.
Saat ini, populasi harimau Sumatera terus menurun. Padahal di Indonesia hanya ada tiga spesies harimau.
“Harimau Jawa dan Bali sudah dinyatakan punah. Tinggal harimau Sumatera yang kini statusnya pun terancam punah,” tutur Yoppy dikutip FokusRiau.Com dari kompas.com.
Kondisi populasi harimau Sumatera tersebut disampaikan WMM saat perayaan Global Tiger Day (GTD), Minggu (28/7/2024) di Jambi.
Tujuannya untuk menggalang dukungan publik agar berkomitmen mengkampanyekan perlindungan habitat dan populasi harimau serta meningkatkan upaya konservasi harimau.
Berdasarkan paparan BKSDA Jambi dalam seminar konservasi di Universitas Muhammadiyah, jumlah harimau di Sumatera tahun 2016 sebanyak 603 individu yang tersebar di 23 lanskap kawasan konservasi.
Di Jambi terdapat empat lanskap taman nasional, yakni Lanskap Kerinci Seblat, Lanskap Bukit Tiga Puluh, Lanskap Bukit Dua Belas, dan Lanskap Berbak Sembilang. Dari jumlah itu diperkirakan terdapat 180-an individu harimau Sumatera yang masih tersisa. (bsh)