PEKANBARU, FOKUSRIAU.COM-Nissan membatalkan pembicaraan soal membangun kemitraan strategis atau merger dengan Honda yang Desember 2024 telah diumumkan. Keputusan itu disepakati usai pertemuan Presiden Nissan Motor Makoto Uchida dengan Presiden Honda Motor Toshihiro Mibe, Kamis (6/2/2025) waktu setempat.
Dikutip Asia Nikkei, Jumat (7/2/2025), penghentian pembicaraan merger terjadi setelah ditemukan kesulitan dalam menyepakati struktur bisnis antara kedua perusahaan.
Salah satu isu utamanya adalah perbedaan pandangan, terkait penilaian dan posisi masing-masing perusahaan di perusahaan induk yang direncanakan.
Honda mengusulkan untuk menjadikan Nissan sebagai anak perusahaannya, karena valuasi atas perusahaan lebih tinggi, terutama dengan keberadaan bisnis sepeda motor mereka yang mendongkrak pasar.
Sementara Nissan yang sedang menghadapi krisis finansial besar, tak dapat menerima usulan Honda tersebut. Sebab, hal itu bertentangan dengan niat awal merger untuk menjalin hubungan setara antara kedua belah pihak.
Rencana merger yang diumumkan pada akhir 2024 bertujuan untuk membentuk perusahaan induk bersama yang akan menciptakan produsen mobil terbesar ketiga di dunia pada 2026.
Namun, perbedaan visi dan pengelolaan perusahaan menyebabkan negosiasi tak lagi berjalan mulus. Setelah pembatalan merger diumumkan, pasar merespons dengan volatilitas yang signifikan.
Saham Nissan anjlok lebih dari 4 persen di Bursa Efek Tokyo, sementara saham Honda justru melonjak lebih dari 8 persen. Bagi Nissan, pembatalan merger ini menjadi pukulan berat.
Perusahaan yang sedang berjuang memulihkan finansialnya setelah serangkaian krisis, harus melanjutkan rencana restrukturisasi bisnis tanpa dukungan eksternal.
Nissan sebelumnya diketahui telah mengajukan rencana restrukturisasi dengan pemangkasan hingga 9.000 karyawan dan pengurangan kapasitas produksi global sebesar 20 persen.
Selain itu, ketidakpastian terkait kepemimpinan dan pengelolaan yang tidak jelas juga menjadi salah satu faktor yang memperburuk posisi Nissan.
Keputusan Honda menarik diri dari rencana merger ini semakin memperumit dinamika aliansi Nissan-Renault yang sudah menghadapi restrukturisasi besar-besaran, setelah kasus Carlos Ghosn tahun 2018. (bsh)