“Apalagi nama Kasmarni dalam persidangan korupsi sang suami muncul. Dimana medio 2014-2015, Kasmarni menerima aliran dana melalui rekening sebesar Rp 23,6 miliar dari dua pengusaha kelapa sawit di Mandau. Meski Kasmarni membantah hal itu dan menyebut uang puluhan miliar itu murni hasil bisnis,” ujar Yhovizar.
Tetapi, menurutnya, Kasmarni tidak pernah memberi penjelasan uang Rp 23,6 miliar itu hasil dari bisnis apa, kecuali bersikukuh kalau uang tersebut bukan hasil korupsi atau gratifikasi, seperti disampaikan pengacaranya. KPK sendiri kini terus menelusuri asal uang tersebut, karena KPK yakin uang tersebut bukan dari hasil bisnis.
Sulit Dapat Dukungan
Di sisi lain, menurut Yhovizar, sikap optimis Kasmarni mampu meraup suara maksimal di Pilkada Bengkalis perlu diapresiasi. Buktinya, dukungan parpol kini sangat maksimal. Sementara pasangan bakal calon bupati dan wakil bupati lainnya harus terseok-seok untuk mendapatkan perahu, bahkan tak sedikit yang harus gigit jari.
“Fenomena pilkada kali ini cukup unik. Karena istri mantan bupati yang diduga terkait malah mendapat dukungan maksimal partai politik. Meski demikian, hasil akhir tentunya ditentukan oleh masyarakat pemilih,” tukasnya. (*)
Penulis: Afdal Aulia
Editor: Boy Surya Hamta