PEKANBARU, FOKUSRIAU.COM-Bakal calon (Balon) Gubernur dan Wakil Gubernur Riau, Muhammad Nasir dan HM Wardan ke Lembaga Adat Melayu (LAM) Riau, Rabu (29/6/2024) lalu menuai respon negatif dari tokoh masyarakat Riau, H. Fauzi Kadir.
Dalam kunjungannya, Nasir dan Wardan diterima Ketua Majelis Kerapatan Adat (MKA) LAMR, Raja Marjohan Yusuf, Sekretaris Umum LAM Riau, Alang Rizal, Sekretaris DPH Jonnaidi Dasa dan sejumlah pengurus LAMR.
Fauzi Kadir berpendapat, apa yang dilakukan kedua bakal calon tersebut kurang tepat. Apalagi saat partai belum memberikan dukungannya secara tertulis. Di sisi lain, LAMR sebagai wadah pemersatu adat dinilai tidak mampu menempatkan posisinya sebagai lembaha independen yang tidak terkontaminasi dengan politik.
“Jika bacalon sudah memiliki perahu dukungan, silakan datang ke LAMR untuk minta tunjuk ajar. Tapi, sebelum itu ada baiknya jangan dulu datang ke LAMR. Karena akan memunculkan persepsi dan beragam spekulasi di masyarakat,” ucap Fauzi Kadir kepada awak media, Jumat (21/6/2024) di Pekanbaru.
Ditegaskan, LAMR dengan prinsip Adat Bersendi Syara’, Syara’ bersendi Kitabullah dikuatirkan menjadi bias, karena dianggap ikut-ikutan masuk ranah politik praktis.
Dikatakan, Islam telah menggariskan bagaimana memilih pemimpin yang ideal. Pemimpin tersebut harus memiliki sifat shiddiq (jujur), amanah, tabliq (menyampaikan kebenaran) dan fathanah (cerdas).
LAMR memang memiliki kapasitas sebagai lembaga adat untuk menilai hal itu.
“Tapi jangan buru-buru. Belum lagi jelas bisa maju di Pilgubri, LAMR sudah membentangkan tangan untuk mereka. Kesannya gimana gitu,” ulasnya.
Untuk itu, Fauzi berharap, pengurus LAMR ke depan bisa bersikap netral dan tidak masuk terlalu jauh dalam ke ranah politik.
“Kita sangat menyayangkan sikap LAMR. Apalagi masing-masing bacalon belum ada yang pasti mendapatkan perahu dukungan partai. Jangan sampai LAMR dinilai seperti karung sampah. Apa saja masuk,” tukasnya. (bsh)