PEKANBARU, FOKUSRIAU.COM-Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) mencatat 598 titik panas dalam 24 jam terakhir di sejumlah wilayah Indonesia.
Dari data aplikasi Sipongi yang dikelola KLHK yang diakses, Rabu (6/9/2023) pukul 10.23 WIB menyebut, titik panas itu merupakan indikator kebakaran hutan atau lahan (karhutla) yang terdeteksi dari suatu lokasi dengan suhu relatif tinggi dibandingkan suhu sekitarnya.
Dari jumlah yang tercatat di Sipongi, sebanyak 53 titik panas itu berskala rendah, 415 berskala sedang dan 130 titik berskala tinggi.
Titik panas berskala tinggi paling banyak ditemukan di Ketapang (Kalimantan Barat) dengan 43 titik. Kemudian, di Ogan Komering Ilir (Sumatera Selatan), sebanyak 16 titik dan di Hulu Sungai Selatan (Kalimantan Selatan) sebanyak 7 titik.
KLHK juga menemukan titik panas dengan skala tinggi di beberapa wilayah di Jawa Timur seperti di Pasuruan terdapat 3 titik. Lalu, di Lumajang, Mojokerto, Situbondo, nganjuk, masing masing 1 titik.
Sementara itu, titik api di Indonesia menurut data Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mencapai 4.208 pada Selasa (5/9/2023). Data itu diambil BRIN dan BMKG dengan menggunakan beberapa jenis satelit.
Kalimantan menjadi wilayah paling banyak ditemukannya titik api. Pada provinsi itu, BMKG mencatat ada 2.209 titik api atau lebih dari setengahnya total titik api RI ditemukan di Kalimantan.
Titik api dengan skala rendah di Kalimantan terdapat 78, skala sedang sebanyak 2.079 titik dan tinggi mencapai 52 titik.
Wilayah kedua yang banyak ditemukan titik api adalah Nusa Tenggara sebanyak 592 titik. Sebanyak 59 di antaranya berskala rendah, 503 sedang dan 30 titik api berskala tinggi.
Terbanyak ketiga yakni Sumatera. Pada wilayah itu, terdapat 543 titik api. Sebanyak 73 titik berskala kecil, 451 sedang dan 19 tinggi.
Di Jawa, titik api terdapat 473 titik dengan 68 di antaranya berskala rendah, 375 sedang dan 15 titik lainnya tinggi.
BMKG juga mencatat ada 224 titik di Papua dan Maluku sebanyak 224. Sebanyak 19 di antaranya berskala kecil, 202 titik sedang dan skala tinggi terdapat di 3 titik.
Terakhir, BMKG mencatat di Sulawesi, titik api terdapat 167. Sebanyak 5 titik berskala rendah, 158 sedang dan 4 lainnya tinggi.
Sebelumnya, BNPB mencatat terdapat 499 kejadian kebakaran hutan dan lahan (karhutla) sepanjang Januari hingga Agustus 2023. Jumlah kejadian karhutla tahun ini menjadi yang terbanyak sejak 2020.
BNPB, BMKG dan KLHK mempunya pernyataan yang serupa terkait penyebab karhutla yakni karena adanya fenomena el nino.
Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Abdul Muhari mengatakan pada tiga tahun lalu bencana yang mendominasi adalah banjir, cuaca ekstrem, dan longsor akibat pengaruh La Nina atau kemarau basah.
Kini, fenomena El Nino atau kemarau kering menyebabkan peningkatan karhutla di sejumlah wilayah. (bsh)