PEKANBARU, FOKUSRIAU.COM-Senja mulai menjelang saat mobil yang membawa kami, berhenti di salah satu kedai kecil dipenuhi puluhan manusia yang tampak begitu menikmati kopi dan roti bakar.
Saya bersama dua wartawan senior Kota Pekanbaru, Muhammad Yasir dan Yanto Budiman Situmeang langsung turun lalu melangkah masuk ke kedai yang tampak sederhana. Deny dan Sandi, dua sahabat di Pontianak ikut mengiringi.
Saat itu, di sudut teras kedai sudah duduk Direktur Holding PT PAM Mineral Andre Situmeang bersama Direktur PT SKR Rudi. Cerita mereka tampaknya begitu seru ditemani kopi bercampur susu dan beberapa butir pisang goreng berlapis sarikaya dan roti bakar.
“Coba nih, kopi Aming. Kopi asli Pontianak, rasanya beda dengan kopi lain,” ujar bang Andre memberikan penawaran sembari memanggil salah seorang pelayan untuk pemesanan, Senin lalu.
Tak lama kemudian, di atas meja kami sudah muncul secangkir kopi dan segelas air putih hangat siap untuk diseruput. Tak tunggu lama. Kopi kuteguk. Wow.. saat kopi mengalir ke kerongkonganku, tak hanya nikmat kopi terasa tapi melintas sebuah cerita dan momen yang tak akan pernah terlupakan.
“Memang paten rasanya, beda dengan kopi lain,” ujar Bang Yanto yang tak hanya ahli dalam meracik berita, tapi juga salah seorang penikmat kopi dan sudah berkeliling ke berbagai daerah di tanah air.
Sensasi kopi Aming dan roti bakar, menambah hangat pembicaraan kami malam itu. Aku yang masih penasaran dengan kopi Aming, mencoba menggali informasi.
Ternyata, kopi Aming sudah ada di Pontianak sejak tahun 1970. Legend memang. Kopi Aming tahun 1970 sudah diproduksi dan mendistribusikannya ke berbagai warung kopi di Pontianak. Kopi Aming sekaligus menjadi pionir rasa kopi lokal yang dirindukan warganya.
Kini, nama Kopi Aming tentunya sudah sangat familiar diklangan penikmat kopi, khususnya di Kota Pontianak. Jadi, tak heran bila Kopi Aming menjadi referensi utama bagi para penikmat kopi yang sedang berkunjung ke Kota Pontianak.
Untuk menjaga keistimewaan cita rasa kopi Aming, tentu saja setiap prosesnya, mulai pemilihan biji kopi yang diambil langsung dari petani lokal, penyangraian biji hingga proses penggilingan biji menjadi kopi bubuk menjadi perhatian.
“Dalam meracik kopi, kami menggunakan proses manual yang membuat setiap cangkirnya memiliki rasa otentik. Kopi Aming tak hanya sekedar tempat menikmati racikan kopi istimewa,” urai Rianti, salah seorang pramusaji Kopi Aming.
Cerita Rianti memang ada benar adanya. Setiap seruputan Kopi Aming yang kami nikmati memang masih terasa sampai hari ini.
Di tengah kesibukan warga kota yang terus bergerak, Kopi Aming mampu membuatnya sejenak melambat, menikmati momen kecil berharga dalam tegukan kopi Aming. Waktu seakan berhenti sejenak di antara nikmatnya aroma kopi dan canda tawa para penikmat kopi.
Kopi Aming di Bumi Khatulistiwa Pontianak ternyata bukan hanya sekadar kedai kopi biasa, tetapi perpaduan antara tradisi, kenangan dan cita rasa mendalam. Setiap kunjungan ke Pontianak adalah penghormatan untuk merasakan kekayaan budaya dan kehangatan persaudaraan yang tercipta di sekitar cangkir-cangkir kopi yang penuh makna. (FRC/Boy Surya Hamta)