PEKANBARU, FOKUSRIAU.COM-Peneliti MIT Media Lab, Wellesley College dan Massachusetts College of Art and Design melakukan studi empat bulan bertajuk ‘Your Brain on ChatGPT’.
Alhasil, mereka menemukan pengguna large language model (LLM) seperti ChatGPT memiliki kinerja buruk di tingkat saraf, linguistik dan perilaku.
Studi ini diterbitkan 10 Juni kemarin dan melibatkan sampel kecil. Studi juga belum melewati peer review, namun penulis utama Nataliya Kosmyna merasa studi ini perlu segera diterbitkan mengingat adopsi AI yang sangat cepat, terutama di sektor edukasi.
“Yang benar-benar memotivasi saya untuk merilisnya sekarang sebelum menunggu peer review secara menyeluruh adalah karena saya takut dalam enam hingga delapan bulan akan ada pembuat kebijakan yang memutuskan, ‘mari kita buat GPT taman kanak-kanak.’ Menurut saya itu akan sangat buruk dan merugikan,” Kosmyna dikutip dari Mashable, Senin (22/6/2025).
Komentar Kosmyna ini kemungkinan menyinggung perintah eksekutif yang ditandatangani Presiden Amerika Serikat Donald Trump pada April lalu, untuk mempromosikan literasi dan kemahiran AI pada siswa taman kanak-kanak sampai SMA.
Studi ini membagi 54 partisipan ke dalam tiga kelompok. Mereka ditugaskan untuk menulis esai untuk SAT, tes seleksi masuk universitas di AS, selama tiga sesi.
Kelompok pertama menulis dibantu ChatGPT, kelompok kedua mengandalkan Google Search, dan kelompok ketiga tidak dibantu teknologi sama sekali.
Dalam sesi keempat, kelompok pertama diminta untuk menulis esai tanpa bantuan ChatGPT dan kelompok ketiga diizinkan menggunakan ChatGPT.
Peneliti mengukur aktivitas otak partisipan saat mereka menulis esai menggunakan electroencephalography (EEG), menganalisis esai menggunakan Natural Language Processing (NLP) dan menilai esai menggunakan AI dan pemeriksa manusia.
Berdasarkan studi ini, peneliti menemukan penurunan tajam dalam ‘konektivitas pita alfa’ di kelompok pertama yang menulis menggunakan ChatGPT dibandingkan kelompok ketiga yang tidak menggunakan bantuan.
Konektivitas ini mengukur kemampuan kognitif otak seperti memori dan pemrosesan bahasa.
Hal ini jelas terlihat ketika partisipan dari kelompok pertama diminta mengutip esai yang mereka tulis, dan 83% partisipan kesulitan mengutip esai yang mereka tulis di sesi pertama.
Di sesi ketiga, peneliti menemukan sebagian besar esai dari kelompok pertama disalin langsung dari ChatGPT dan hanya sedikit diedit.
Pada sesi keempat, di mana kelompok yang sebelumnya menggunakan ChatGPT harus menulis esai tanpa bantuan AI, mereka terus kesulitan mengutip apa yang mereka tulis.
“Kemampuan mengingat yang buruk dan kutipan yang salah dari kelompok LLM mungkin jadi indikator bahwa esai mereka sebelumnya tidak terintegrasi secara internal, mungkin karena pemrosesan kognitif yang dilimpahkan ke LLM,” tulis studi tersebut. (dtc)