PADANG, FOKUSRIAU.COM-Rendang atau dalam bahasa masyarakat Minangkabau disebut Randang, merupakan salah satu menu utama pada setiap momen hari besar, salah satunya menyambut Ramadan dan Idul Fitri.
Biasanya, satu atau dua hari menjelang lebaran Idul Fitri, aroma wangi randang sudah tercium dari dapur masyarakat. Aromanya yang khas memang sangat menggugah selera, apalagi banyak yang memasak di luar rumah dengan tungku.
Walaupun harga daging naik, tetapi masyarakat Sumatera Barat (Sumbar) akan tetap berupaya membeli daging untuk bisa marandang. Jika tak bisa membeli daging sapi, masyarakat Minang kerap membuat randang dengan bahan ayam.
Aromanya tetap sama, karena bumbu yang digunakan untuk marandang rata-rata sama entah itu dengan daging sapi atau daging ayam.
Makanan yang pernah dinobatkan sebagai kuliner terlezat di dunia ini, dimasak dengan api kecil sekitar 5 jam dan harus terus diaduk.
Salah seorang warga Kabupaten Limapuh Kota, Sumbar, Sofita (52), Kamis (20/4/2023) mengatakan, memasak randang dilakukan hari ini atau H-1 puasa.
“Memasak randang untuk sahur dan berbuka, ini sudah menjadi kebiasaan warga Ranah Minang,” ulasnya.
Tak hanya daging sapi, warga juga kerap membuat randang ayam sebagai pilihan lain. Apalagi harga daging sapi yang naik menjelang Ramadan. (lp6/bsh)