Lebih Dekat Dengan Muslim, Pelatih Panahan Riau yang Sudah Berguru ke Korsel

Pelatih Panahan Riau, Muslim. (Foto: Istimewa)

Sejak kapan tunak menjadi pelatih panahan?

Saya prinsipnya seperti air mengalir saja. Ketika orang butuh dan kebetulan kita mampu, maka saya kerjakan. Begitu juga sebaliknya, kalau kita tak mampu saya memilih diam. Alhamdulillah, prediket sebagai pelatih sudah saya kantongi.

Bahkan tahun 2010 saya berkesempatan mengikuti penataran pelatih di Korea Selatan (Korsel). Ilmu yang saya peroleh itu yang kini saya turunkan kepada atlit. Inilah bedanya pelatih dari atlit dengan pelatih yang tidak pernah terjun di bidangnya.

Bisa dijelaskan?

Begini, bagaimana kita tau kerusakan motor kalau kita sendiri tidak pernah naik motor. Begitu juga dengan olahraga. Kita akan tau kondisi dan psikologi atlit, kalau kita terjun di dunia itu.

Apa kendala yang anda hadapi selama menjadi pelatih?

Kendala terbesar itu adalah diri sendiri. Soal materi itu nomor dua. Karena yang kita bina anak-anak, maka banyak kendala yang kita hadapi. Anak-anak belum pernah menjadi tua, jadi tidak bisa dipaksakan anak menjadi tua.

Yang bisa kita lakukan adalah memberikan pengertian bagaimana anak-anak taat dengan aturan dan adab. Yang saya inginkan itu bagaimana anak-anak kita memiliki kegiatan positif dan memiliki tubuh yang sehat dengan berolahraga. Itu saja keinginan saya, tak ada yang lain.

Dari atlit anda kini duduk di pemerintahan. Apakah ini dari prestasi yang pernah anda sumbangkan untuk daerah?

Olahraga memang telah membawa saya kemana-mana. Banyak prestasi yang saya buat, baik tingkat lokal maupun nasional. Namun saya menjadi PNS bukan karena olahraga. Saya masuk PNS melalui jalur mandiri.

Orang mungkin berpikir karena saya olahragawan gampang masuk PNS, tidak demikian. Bagi saya berolahraga hanya sebatas hobi yang mesti dinikmati.

Terakhir, apa Harapan anda kepada atlit yang akan bertanding di PON XX Papua nanti?

Semoga mereka bisa meraih pretasi yang terbaik. Manfaatkan waktu yang tersisa dengan giat berlatih. Ingat, kesempatan tak akan datang dua kali. Namun masalah prestasi di PON bukan hanya tangung jawab atlit dan pelatih saja. Karena atlit dan pelatih adalah pelaku di lapangan sebagai pelaksana tugas atau eksekusi kegiatan.

Namun leading sektor tertinggi terletak di Pengprov sebagai induk organisasi. Jadi Pengprov harus ambil peranan lebih. Karena sebagus apapun hasil sebuah latihan tidak akan ada artinya ketika pengprov kurang kepedulian.

Kami atlit dan pelatih hanya bisa berusaha semampu yang kami bisa. Ketika motivasi dan ambisi berkurang karena ketidaksingkronan, maka harapan itu akan pudar. Tak ada atlit dan pelatih yang tidak ingin berpretasi, cuma terkadang keadaan yang membuat hal itu susah diwujudkan.. (*)

Penulis: M Yasier
Editor: Boy Surya Hamta

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *